Tulisan ini adalah sebuah seruan, curahan, dan kesenangan tersendiri. Kalau jadi berkat puji Tuhan, kalau tidak jadi berkat ya woles aja... Sesuatu disebut abadi, jika diabadikan
Sabtu, 26 Oktober 2013
Rabu, 23 Oktober 2013
Rabu, 16 Oktober 2013
Eksposisi I Samuel 17:42-54: "KEMENANGAN ALLAH"
Bab
1
Pendahuluan
A.
Latar Belakang Teks
Dalam Kitab Suci orang Yahudi, kitab I dan II
Samuel dulu merupakan satu kitab saja. Kemudian dalam versi LXX dan vulgata,
kitab itu dibagi dua dan diberi nama I dan II Raja-raja, sedang kedua kitab
yang berikut diberi nama III dan IV Raja-raja. Pembagian ini mulai dipakai
dalam kitab Suci Yahudi pada abad ke-16 A.D, dan akhirnya terjemahan bahasa
Inggris mulai memakai I dan II Samuel.[1]
Kitab ini mencatat tentang keadaan bangsa Israel yang hidup di bawah pimpinan
seorang raja. Dari teokrasi kepada monarki.
B.
Penulis
Penulis kitab ini tidak disebutkan dalam
kisah ini, namun kemungkinan adalah Samuel bersama dengan Natan dan Gad,
sebagaimana yang tercatat dalam I Tawarikh 29:29.[2] Alasan
lain karena Samuel memiliki peran yang cukup besar dalam kisah ini, dimana
dialah yang mengurapi dua raja dalam sejarah besar Israel. Namun juga
kemungkinan semuanya tidak ditulis oleh Samuel karena dalam I Samuel 25 dicatat
bahwa Samuel mati, sedangkan masih ada pasal-pasal berikutnya.
C.
Tujuan
Isi
kitab ini pada dasarnya berupa sejarah yang bersifat keagamaan, kelanjutan
hubungan Allah dengan umat-Nya, dengan tujuan supaya para pembaca dapat
mengerti sebab-sebab terjadinya perubahan pada dasar pemerintahan bangsa Israel
(dari teokrasi ke monarki), sebab-sebab Saul gagal dalam mencapai kebesaran
sejati, dari sejarah Daud terdapat pelajaran tentang sifat, kepribadian, dan
kelakuan yang dituntut dari seorang yang ingin memimpin umat Allah.[3]
Bab 2
Eksposisi I Samuel 17:42-54: KEMENANGAN ALLAH
1. Struktur
I Samuel 17:42-54
A)
Kecaman
musuh (42-44)
B)
Kemenangan
Allah (45-47)
a’) Kehancuran
musuh (48-54)
2. Penjelasan
Struktur
Kisah
antara Daud dan Goliat adalah salah satu kisah dalam PL yang cukup terkenal dan
mungkin kisah ini sudah tidak asing lagi ketika mendengarnya, karena sudah
sering mendengarnya. Hal yang cukup menarik dalam cerita ini bagi sebagian
orang, termasuk anak-anak Sekolah Minggu adalah Daud yang kecil bisa
mengalahkan raksasa bernama Goliat. Daud adalah seorang yang begitu muda,
kemerah-merahan, elok parasnya, seorang gembala, tidak pernah dilatih untuk
berperang. Sedangkan Goliat adalah seorang yang gagah perkasa, bertubuh
raksasa, dan sudah terlatih untuk berperang. Daud 100% berbeda dengan Goliat.
Namun sebuah ending yang mengagumkan, karena Daud bisa mengalahkan Goliat si
raksasa hanya dengan umban, yaitu tali yang berfungsi untuk melontarkan batu. Sebuah
kisah yang mengagumkan.
a. Kecaman
musuh (42-44)
Ketika
orang Filistin itu menujukan pandangnya ke arah Daud serta melihat dia,
dihinanya Daud itu karena ia masih muda, kemerah-merahan dan elok parasnya.Apakah
yang dilakukan Goliat ketika ia melihat Daud? Alkitab mencatat dihinanya Daud itu karena ia masih muda,
kemerah-merahan dan elok parasnya. Kata “menghina” artinya suatu tindakan
yang memberi penilain rendah tehadap sesuatu, memandang rendah, merasa jijik.
Jadi dapat diartikan bahwa Goliat sangat memandang rendah Daud, tidak ada nilai
Daud sama sekali di hadapannya, karena Daud masih
muda, kemerah-merahan dan elok parasnya.
Usia Daud pada saat itu menjadi
suatu “beban” bagi Daud, karena orang lain tidak begitu menghargainya, bahkan
menganggap dia sebagai anak yang masih kecil dan tidak tau apa-apa. Ada
beberapa peristiwa yang Alkitab catat dimana Daud “dipandang rendah”:
-
Saudara-saudaranya
(I Sam. 17:28-30)
-
Saul (I
Sam. 17:33)
-
Goliat
(I Sam. 17:42)
Goliat
melihat bahwa Daud bukanlah lawan yang seimbang dengan dirinya yang gagah
perkasa. Apa lagi saat itu, Daud datang dengan pakaian gembala lengkap dengan
tongkatnya. Setelah Goliat melihat Daud yang jauh perbandingannya dengan
dirinya, ia berkata “Anjingkah aku, maka engkau
mendatangi aku dengan tongkat?” Goliat melihat tongkat di tangan Daud sebagai
tongkat biasa yang digunakan untuk mengusir anjing. Goliat tidak tau kalau
tongkat itu pernah dipakai Daud untuk menghajar Singa dan Beruang. Goliat tidak
tau bahwa Daud telah terlatih untuk mengalahkan binatang buas dengan tongkatnya
tersebut.
Alkitab mencatat bahwa Goliat
mengutuk Daud dalam nama allahnya. Hal ini menunjukkan bahwa pada zaman
Perjanjian Lama orang-orang beranggapan, bahwa ketika terjadi perang, maka yang
berperang adalah sesembahan mereka masing-masing. Dan Goliat bersumpah bahwa ia
akan membunuh Daud, dengan memberikan dagingnya kepada burung-burung di udara
dan binatang-binatang di darat. Suatu kematian yang begitu mengerikan.
b. Kemenangan Allah (45-47)
Siapapun
yang mendengar perkataan Goliat akan gemetar karena takut, tidak terkecualai
Saul. Namun ada satu orang yang berbeda yaitu Daud. Tanggapan Daud terhadap
Goliat berbeda dengan seluruh orang Israel. Kalau kita melihat I Samuel 17:26,
kita dapat melihat perbedaan reaksi, antara Daud dengan tentara Isreal. Tentara
Saul lari dalam ketakutan mereka, sedangkan Daud tidak gentar. Daud bisa
melihat bahwa mencomooh bangsa pilihan Allah, berarti juga mencemooh Allah. Daud
melihat bahwa bukan hanya nama Isreal yang sedang dihina, tapi juga Allah yang
telah memilih Isreal sedang dihina oleh bangsa-bangsa
tidak bersunat.
Ayat 45-47 merupakan perlawanan Daud
kepada Goliat. Inilah pertempuran mereka yang sebenarnya. Mereka masing-masing
membawa nama Allah mereka.
Tetapi
Daud berkata kepada orang Filistin itu: "Engkau mendatangi aku dengan
pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN
semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu. Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan
engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu
dari tubuhmu; hari ini juga aku akan memberikan mayatmu dan mayat tentara orang
Filistin kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang liar,
supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel mempunyai Allah, dan supaya segenap
jemaah ini tahu, bahwa TUHAN menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan
lembing. Sebab di tangan Tuhanlah pertempuran dan Iapun menyerahkan kamu ke
dalam tangan kami."
Dari manakah Daud mendapatkan
keberanian seperti ini? I Samuel 16:13 mencatat bahwa setelah Samuel mengurapi
Daud, maka Sejak hari itu dan seterusnya
berkuasalah Roh Tuhan atas Daud. Pengurapan mengawali penyertaan Roh Allah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Daud bisa berani berkata demikian kepada Goliat,
karena kuasa Roh Allah yang ada dalam dirinya. Tuhan telah menyertai Daud. Daud
datang atas nama TUHAN semesta alam. Ia yakin bahwa Tuhan akan bertindak dan
membunuh Goliat. Inilah yang disebut kemenangan Allah, karena Allah sendirilah
yang memberi kemenangan tersebut.
Yang menjadi pertanyaan adalah
kenapa Tuhan memberi kemenangan kepada Daud? Kenapa Goliat mendapatkan ganjaran
yang setimpal? Apa tujuan atas kemenangan yang Allah berikan melalui Daud. Di
dalam perkataan Daud ada dua hal yang menjadi alasan kenapa Goliat orang
Filistin itu di kalahkan/ tujuan kemenangan melalui Daud:
1. Untuk dunia
Allah memakai cara ini untuk
menyatakan diri-Nya. Bangsa Israel adalah bangsa pilihan Allah. Allah
menetapkan mereka sebagai bangsa kepunyaan-Nya. Ketika Israel di serang oleh
musuh, dicemooh oleh musuh, maka musuh tersebut tidak hanya melawan bangsa
Israel saja namun juga melawan Allah, karena Israel adalah umat kepunyaan
Allah. Konsep perang pada zaman Perjanjian Lama adalah Allah-alah merekalah
yang berperang. Ketika suatu bangsa kalah perang atau takut/undur, maka mereka
beranggapan bahwa allah mereka telah kalah. Cemooh yang diucapkan oleh Goliat,
seolah-olah menandakan bahwa Allah Israel tidak ada.
Belas kasihan Allah kepada umat-Nya
tidak akan membiarkan umat-Nya terus hidup dalam tekanan dan Ia juga tidak akan
membiarkan nama-Nya direndahkan. Satu lagi cara yang Allah pakai untuk
menyatakan diri-Nya, yakni melalui kemenangan Daud mengalahkan Goliat. Kenapa
Allah harus membuktikan diri-Nya, bukankah Ia tetap Allah? Belas kasihan Allah
kepada manusia yang membuat Ia secara inisiatif menyatakan diri-Nya. Manusia
begitu sering sekali meminta untuk mempercayai sesuatu. Jadi melalui kekalahan
Goliat, dunia bisa mengetahui bahkan mengaku bahwa Israel memiliki Allah, dan
Dialah Allah yang sejati.
Contoh: Peristiwa keluarnya bangsa
Israel dari Mesir hingga sampai di tanah Kanaan. Perbuatan ajaib Tuhan yang
begitu luar biasa bagi mereka, terbelahnya laut teberau, tiang api di malam
hari, awan di siang hari, manna, berbagai mujizat, menghalau musuh-musuh, telah
menjadi kesaksian bagi bangsa lain. Banyak bangsa gentar dan juga mengakui
Allah bangsa Israel. Rahab adalah wanita kafir yang mendapat berkat atas
perbuatan Allah. Yosua 2:8-11, dimana Rahab mengakui Allah karena perbuatan-Nya
yang ajaib untuk melindungi bangsa Israel.
2. Untuk umat-Nya
Perkataan ini ditujukan kepada
bangsa Isreal. Perjalanan kehidupan bangsa Israel dalam perjalanan di padang
gurun, sebagian besar diwarnai dengan perang. Pedang tidak pernah luput dari
tangan mereka untuk menumpas musuh. Di padang gurun mereka sudah terlatih untuk
berperang. Banyak kemenangan-kemenangan yang mereka raih dengan pedang. Hal ini tentu saja memberikan
satu konsep kepada pemikiran mereka, bahwa Allah hanya akan menyelamatkan
umat-Nya melalui perang.
Hal itulah yang ingin dirubah oleh
Daud, dengan mengatakan supaya segenap jemaah ini tahu,
bahwa TUHAN menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing. Sebab
di tangan Tuhanlah pertempuran dan Iapun menyerahkan kamu ke dalam tangan kami. Terjemahan BIS menerjemahkan ayat
ini, dan semua orang di sini akan melihat
bahwa TUHAN tidak memerlukan pedang atau tombak untuk menyelamatkan umat-Nya.
Dialah yang menentukan jalan peperangan ini dan Dia akan menyerahkan kamu ke
dalam tangan kami. Allah bisa menggunakan berbagai cara untuk memberi
kemenangan umat-Nya. Dalam peristiwa ini Allah memakai Daud yang masih muda dan
senjata /umbannya yang sederhana.
Di dalam hal ini, Daud melihat sesuatu yang berbeda. Daud melihat dari kacamata Allah. Bukan hanya sekedar
untuk menyelamatkan Isreal, namun juga untuk menyatakan diri-Nya. Roh Allah
yang telah menyertai Daud, menjadi menjadi satu kekuatan bagi Daud untuk
melihat segalanya dari sisi mata Tuhan.
c. Kehancuran musuh menjadi bukti penyataan Allah (48-54)
Ayat
48-54, mengisahkan tentang kekalahan Goliat melalui umban yang dimiliki oleh
Daud. Daud si kecil mengalahkan Goliat yang gagah perkasa. Kekalahan Goliat ini
merupakan penggenapan dari apa yang telah Daud katakan sebelumnya, bahwa hari
ini Tuhan akan memberi kemenangan kepada mereka dengan mengalahkan Goliat.
Kekalahan
Goliat menjadi pertanda kekalahan bagi bangsa Filistin. Ayat 51 mencatat bahwa
ketika mereka melihat bahwa pahlawan mereka telah mati, maka larilah mereka.
Allah membuktikan langsung apa yang telah Daud katakan.
Tujuannya adalah:
-
Supaya
dunia tahu (non Israel). Pasal 17:51-54 menunjukkan kegentaran yang dialami
oleh orang-orang Filistin atas kematian Goliat. Mereka melihat bahwa Allah
Israel telah bangkit.
-
Supaya
Israel tau bahwa Allah menyelamatkan bukan dengan lembing dan pedang. Daud
membuktikan hal ini melalui peralatan sederhana yang ia miliki, yaitu umban
yang biasa ia pakai di padang.
Kesimpulan
Kemenangan-kemenangan
yang Isreal dapatkan selama ini adalah kemenangan yang Allah berikan kepada
mereka melalui perang. Namun dosa sering sekali membawa mereka pada
kekalahan-kekalahan saat menghadapi musuh-musuh mereka. Kegagahan Goliat,
membuat bangsa Israel menjadi ketakutan, termasuk Saul. Ketakutan yang dialami
oleh Israel membuat musuh menghina umat pilihan Allah. Israel menantikan
seorang yang gagah perkasa bangkit untuk melawan Goliat, seperti yang diminta
oleh Goliat. Namun oleh Daud, ia merubah pemikiran mereka. Daud mengatakan
bahwa Allah akan memberikan mereka kemenangan pada hari ini, dengan tujuan
untuk menyatakan kepada bangsa lain bahwa Allah Israel ada dan juga untuk
memberitahukan kepada bangsa Israel, bahwa Allah dapat menyelamatkan mereka
melalui cara-cara yang sederhana.
Kita
terkadang berpikir bahwa setiap berkat Tuhan “kemenangan-kemenangan” yang kita
alami, hanyalah untuk kita. Untuk menjadikan kita sejahtera. Namun apakah kita
juga telah merenungkan apa maksud Allah dibalik semuanya itu? Apa tujuan dari
segala yang Allah kerjakan?
I.
Untuk menyatakan diri-Nya kepada
Dunia.
Manusia mengalami keterpisahan dengan
Allah, sejak manusia jatuh dalam dosa. Manusia terus berupaya untuk mencari
Allah, namun hal itu sangat sulit. Allah itu begitu misteri, tidak dapat
diselami oleh akal pikiran manusia. Belas kasihan Allah kepada manusia, membuat
Ia berinisiatif memperkenalkan diri-Nya. Inilah anugerah Allah kepada manusia. Walaupun
sering sekali dunia menutup mata sehingga mereka tidak dapat melihat-Nya.
Melalui apa Tuhan menyatakan diri-Nya?
II.
Allah bisa memakai apa saja untuk menyatakan diri-Nya
Di dalam kisah Daud dan Goliat, Allah memakai
Daud untuk menyatkan diri-Nya. Daud yang tidak terlatih untuk berperang, Allah
pakai untuk membawa kemengan kepada Israel. Hanya dengan menggunakan umban
batu, Goliat dibunuh oleh Daud. Hal ini telah menjadi kegentaran bagi orang
Filistin. Perjalanan bangsa Israel dari tanah Mesir, telah menjadi kesaksian
bagi bangsa lain. Segala perbuatan yang Allah lakukan telah menjadi kegentaran
bagi bangsa-bangsa lain. Contoh lain yang Allah pakai sebagai alat-Nya untuk
menyatakan diri-Nya kepada dunia adalah Daniel. Allah memakai iman Daniel di
tanah kafir untuk menyatakan diri-Nya. Di tanah pembuangan orang-orang bisa
melihat Allah melalui iman Daniel dan teman-temannya.
Aplikasi:
Peristiwa Daud dan Goliat seharunya memberi satu kesadaran bagi kita bahwa
apa yang Allah kerjakan tidak
lain adalah untuk menyatakan siapa diri-Nya.Ia menyatakan diri-Nya melalui
karya-karya-Nya, dalam hal ini melalui Daud. Bangsa Israel berpikir bahwa Tuhan
hanya bisa melakukan hal-hal yang luar biasa, perang yang luar biasa untuk
menyelamatkan mereka. Namun Daud berkata bahwa Tuhan bisa menyelamatkan mereka
melalui hal-hal yang sederhana. Artinya bahwa Tuhan bisa melakukan berbagai
cara untuk menyatakan diri-Nya, baik untuk diri kita sendiri maupun untuk orang
lain. Melalui hal ini
kitapun seharusnya sadar bahwa Tuhan juga dapat memakai kehidupan kita untuk
menjadi saksi-Nya bagi dunia ini.
Perjalanan
dimasa lalu bersama dengan Tuhan, juga memberi satu penghiburan bagi kita bahwa
Allah yang dahulu menyertai kita, akan tetap menyertai kita sampai saat ini,
terlebih-lebih dimasa-masa sukar yang kita alami. Pergumulan hari ini tidak
akan menjadi jalan bagi kita untuk menyerah, karena kita percaya akan
penyertaan Tuhan.
Daftar Pustaka
Denis
Green, Pembimbing Pada Pengenalan
Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 1984).
W.J Martin Ensiklopedi Alkitab Masa Kini 2 (Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1995).
MENGHIBUR ORANG YANG BERSEDIH HATI. BAGAIMANA SEHARUSNYA BERSIKAP DALAM MENGHADAPI ORANG YANG BERDUKA? AMSAL 25:20
Mendengar dan menangis bersama lebih baik dari pada menasehati.
Amsal 25:20
Orang yang menyanyikan nyanyian untuk hati yang sedih adalah seperti orang yang menanggalkan baju di musim dingin, dan seperti cuka pada luka.
Apa artinya?
Ayat ini merupakan suatu emblematik atau simbol. Dimana disini ada dua simbol yang digunakan yaitu "seperti orang yang menanggalkan baju dimusim dingin" dan "seperti cuka pada luka (terjemahan yang tepat adalah 'asam' ". Penulis Amsal sedang membandingkan orang yang sedang menasehati orang lain yang mengalami musibah dengan kedua kedua simbol tersebut. Apa artinya dan apa hubungannya?
- "seperti orang yang menanggalkan baju dimusim dingin". Apa yang terjadi ketika orang pada musim dingin dan kemudian ia menanggalkan bajunya? Ia pasti akan merasa dingin dan menarik tubuhnya, meringkuk (menekukan kaki kebadannya). Inilah yang terjadi kata Amsal ketika kita menyanyikan nyanyian bagi hati yang sedih. Orang yang merasa sedih tersebut akan menarik diri, dan merasa bahwa kita tidak mengerti perasaannya yang sedang mengalami penderitaan.
- "seperti cuka pada asam (luka). Apa yang terjadi ketika cuka dan asam dicampur? Akan terjadi buih yang sangat banyak, meluap, tumpah, dan akhirnya tidak ada lagi alias kembali ke keadaan semula. Demikian pula nyanyian bagi hati yang sedih, hanya bersifat sementara. Mungkin ketika kita menasehatinya ia seperti menerimanya, kelihatan tegar (padahal itu bisa saja demi menghargai kita), namun apa yang terjadi setelah itu? Ia akan sedih kembali.
Inilah sebenarnya dua hal yang disampaikan oleh Amsal kepada kita, bahwa ada dua reaksi yang terjadi ketika sedang datang untuk menghibur dengan cara menasehati orang yang mengalami musibahnya. Namun apa yang seharusnya kita lakukan? Kita lebih baik tidak melakukan apa-apa, kecuali duduk diam bersama denganya, mendengarkan dia, atau bahkan menangis bersama dengan dia. Sebab ketika orang bersedih yang dibutuhkan adalah teman untuk berbagi duka, perasaan, teman yang bisa mendengar, tapi bukan teman pandai bicara.
Apa yang terjadi dengan Ayub dan teman-temannya? Tujuh hari pertama teman-temannya hanya diam, duduk bersama, dan menagis bersama Ayub karena begitu beratnya penderitaanya dan itu tidak menimbulkan masalah apa-apa. Namun masalah terjadi ketika teman-temannya mulai mengangkat suara dan mulai berteologi dengan bebas. Akhirnya Ayub menyebut mereka "Penghibur-penghibur sialan".
Jadilah penghibur-penghibur yang mendatangkan kelegaan kepada sesamamu, bukan penghibur yang menambah duka sesamamu.
Banyak mendengar lebih baik daripada banyak bicara.
Selasa, 15 Oktober 2013
Langganan:
Postingan (Atom)