Total Tayangan Halaman

Rabu, 10 September 2014

Kesenjangan antara harapan dan kenyataan

Manusia sebagai ciptaan Allah sangat wajar sekali jika dalam hidup ini memiliki banyak impian dalam hidupnya, dan tentu saja impian ini adalah impian yang selalu berpusat pada diri sendiri. Aku mau bahagia, aku mau keluarga yang bahagia, aku mau karir yang gemilang, aku mau pendidikan yang sukses, aku mau memiliki teman-teman yang care selalu dengan saya, aku mau dan aku mau.

Namun apa yang akan kamu katakan jika impian tersebut tidak didapatkan alias realita yang terjadi malah sebaliknya. Tidak bahagia, tidak ada keluarga bahagia, karir suma begitu-begitu terus, pendidikan anjlok/nilai pada hancur, apakah kamu masih bisa berkata "Aku masih bisa tetap berdiri di atas muka bumi ini!"

Jika kita tidak pernah jujur pada diri sendiri, maka ketika kamu mengalami kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang terjadi kamu bisa menutupi semua kekecewaanmu dengan senyuman yang indah meski sangat sangat dipaksakan dan kemudian kamu berkata "Aku nggak apa kok" atau seperti kata Jupe "Aku rapopo". Namun sebenarnya begitu sakit bukan???

Memang butuh keberanian untuk bisa jujur pada diri sendiri, sehingga ketika sesuatu terjadi terhadap harapan kita, maka kita bisa menerima semuanya dan mau berkata "Ya saya memang kecewa", "Ya saya memang menyesal". Namun, seberapa banyak yang bisa dan mau jujur pada diri sendiri? Hal ini  cukup berat untuk dilakukan, karena disana memang kita akan menemui banyak hal, sakit hati, kekecewaan, kemarahan, kesedihan, umpatan, penyesalan, jeritan hati. Namun ini sebenarnya yang lebih baik, sehingga kita tidak lagi memendam-mendam perasaan terluka yang ada. Sakit hati tersebut tidak lagi menjadi bom waktu untuk diri sendiri.

Ketika terjadi kesenjangan antara harapan dan kenyataan, maka untuk mempercayai perkataan yang mengatakan "Tuhan sudah menyediakan yang terbaik untuk kita" adalah sesuatu yang mustahil dan juga bisa menjadi kekuatan pada diri sendiri sehingga bisa mua tegar untuk bisa melati semuanya. Namun seberapa sih yang bisa melakukannya. Jika tidak pernah jujur pada diri sendiri, memang seolah-olah bisa melewatinya (mungkin).

Mempercayai janji Tuhan di dalam situasi yang seperti itu memang sepertinya adalah hal yang konyol, mungkin kita berkata "Bagaimana aku bisa thank's God" disatu sisi aku sedang berduka. Bagaimana aku bisa melihat dan berkata "Tuhan punya rencana terbaik dalam hidupku", sedangkan anak-istri tidak bisa makan, bagaimana aku bisa berkata "aku nggak apa-apa kok, aku bisa melewati semuanya ini", sedangkan pendidikan saya sedang anjlok-anjloknya. Bukan hal yang mudah untuk berkata "Aku tegar", sedangkan pacar yang selama ini kelihatan setia lebih memilih orang lain untuk menjadi pasangannya.

Justru disaat itulah kamu membutuhkan belaskasih Tuhan. Setelah segala upaya kamu lakukan namun tidak bisa, maka sudah saatnya kamu melabuhkan keletihan pencarianmu kepada-Nya. Dia adalah Allah yang tidak pernah meninggalkan apa yang Ia ciptakan. Mengasihi setiap manusia. Belas kasihan-Nya lebih besar dari kekecewaan kita, belas kasihan-Nya lebih besar dari kejahatan kita. Belajarlah untuk berkata "Tuhan aku sudah tidak bisa lagi, segala sudah aku lakukan ternyata aku tidak bisa mempercayai janji-Mu, berikanlah aku hati yang mau percaya, karena aku membutuhkannya saat ini. Inilah hal yang aku butuhkan saat ini".

Kepada Gideon sang hakim ia berulang kali menunjukkan bukti penyertaannya. Kepada Tomas siperagu, Ia berkata "Mari dan cucukkanlah tanganmu pada tangan dan lambung-Ku". Belas kasih Tuhan kepada harapan Gideon dan Tomas sehingga Ia mau memberikan apa yang mereka butuhkan. Belajarlah untuk berteriak "Tuhan aku sudah tidak sanggup lagi, untuk mempercayai janji terbaik dalam situasi yang seperti ini bukan hal yang tidak mudah lagi, tapi sudah tidak bisa lagi. Tolong, mampukan untuk berkata dan mempercayai rencana-Mua". Dan di saat itulah kamu membuka hatimu untuk disentuh dan dipimpin oleh Roh Kudus untuk bisa berdoa kepada Tuhan. Hati yang hancur tidak Ia pandang hina, tapi justru Ia sentuh dengan penuh belas kasihan.


Sesuatu disebut abadi, jika diabadikan