Refleksi hari ini kali ya....
Logikanya begini....
Misalnya, ketika seseorang berkata kepada kekasihnya atau pacarnya, "beb, kamu adalah pacar no satuku di dunia ini yang paling mengerti aku", atau seorang sahabat yang berkata kepada sahabatnya "kamu adalah sahabat no satu terbaik di dunia ini". Apakah makna yang tersirat dibalik kalimat seperti itu? Kalau kita seseorang itu berkata "kamu adalah pacarku no satu di dunia ini", maka dalam kalimat tersebut tersirat ada nomor berikutnya bukan? Ada nomor dua, nomor tiga, alias ada pacar nomor dua, ada pacar nomor tiga. Kamu bisa aja bro analisanya, mentang-mentang udah lulus kuliah metode riset kamu belagu? hehehhe. Tapi hal ini cukup masuk akal juga sih. Hayo... sekarang berhati-hatilah dan waspadalah wahai engkau manusia jika pacarmu berkata "kamu adalah pacar nomor satunya di dunia", jangan-jangan ada pacar nomor dua nya di kampung, pacar nomor tiga di kampus, pacar nomor empat di komunitas yang ia ikuti.
Kembali ke God is number one...
Dengan memakai logika di atas, berarti ketika kita berkata bahwa Tuhan adalah nomor satu dalam hidup ini, berarti ada 'tuhan' yang berikutnya, 'tuhan nomor dua', 'tuhan nomor tiga' de el el. Padahal kita tahu bahwa Tuhan itu Esa/Satu, nothing else. Teman saya pernah berkata begini "Saya itu tidak terlalu memikirkan jodoh dalam hidup ini, itu nomor yang kesekian, yang penting nomor satu itu Tuhan, nomor dua uang alias pekerjaan, nomor tiga membahagiakan ortu, barulah yang lain-lainnya berada dinomor berikutnya." Dan saya rasa kita semua umat beragama yang mengaku adanya Tuhan pun pernah mengatakan hal yang sama. Tapi, kemudian saya mulai berpikir, kalau begitu kita itu mencoba menyamakan Tuhan dengan yang lainnya, dengan uang, dengan ortu, dengan kekasih, walaupun berada dalam level yang berbeda. Tapi bukankah itu semua sebenarnya berada di bawah naungan Tuhan? Masakan kita menyamakan Dia dengan apa yang Ia ciptakan?
God is number one...
Ini adalah kalimat yang sering kita ucapkan bahkan karena terlalu seringnya, ia sudah berada di bawah alam sadar kita sehingga ketika kita mengucapkannya, kita tidak lagi memaknainya, tapi asal bunyi saja alias asbun. Hal yang saya takuti juga dalam hidup saya adalah ketika saya mengucapkan kalimat ini, jangan-jangan saya juga sudah terjebak dengan pola rutinitas agama, sehingga saya pun tidak menyadari dan memaknainya ketika saya mengucapkannya.
Mungkin perlu merenungkan kembali apa yang kita imani selama ini, apakah benar ada Tuhan dalam hidup ini atau tidak. Sehingga pada akhirnya kita berkata "TUHAN ADALAH SATU-SATUNYA DALAM HIDUP INI", bukan lagi Tuhan adalah nomor satu. Ya, sepertinya ini kalimat yang paling tepat yang seharusnya kita gunakan mulai saat ini. Jika kita berkata "Tuhan adalah satu-satunya", maka memang tidak ada yang lain lagi. Tapi bukan berarti Tuhan akan ada satu-satunya karena kita mengakui-Nya, tidak, tapi ya Tuhan tetap ada. Terus yang lain-lain itu termasuk apa bro? Itu adalah bonus bro... :)
Thanks to Mr.A.B and Prof. Y.A.