Total Tayangan Halaman

Kamis, 20 November 2014

Kamu yang sekarang adalah 'produk' masa lalu


Siapa kita sekarang adalah hasil dari pembentukan dimasa lalu, khususnya ketika masih anak2. Didikan orang tua sangat mempengaruhi keadaan kt sekarang, entah itu sifat, pola pikir, emosi  , tindakan dlm menghadapi sesuatu.
Contoh: seorang anak yg dri kecil ditolak oleh ortu, tidak pernah dihargai, tdk mendapat pujian, dianggap rendah oleh ortu maupun lingkungan sekitar, kelihatannya tidak ada yg baik dlm diri ni anak. Maka anak mula mengadopsi perlakuan trsebut dlm dirinya, menganggap dirinya seperti itu, kemudian ia jg terua menyimpan hal tersebut dlm hatinya sehingga ketika dewasa hal ini mempengaruhi hidup si anak. Dari pola pendidikan yg diterima dri kluarga khusunya tersebut maka akan menghasilkan efek yg sangat besar dan banyak ketika anak tersebut dewasa/ manifestasi:
- menjadi anak yg minder, krn merasa tdk ada yg berharga dlm dirinya.
- tukang kritik, krn dlu diperlakukan sprti itu.
- selalu membuktikan diri bisa krn dulu tdk peenah dihargai, jdi membuktikan diri bisa, shg kenpa ada begitu banyak org2 mati2an ingin mencapai kesuksesan.
- negatif thinking dngn org lain, karena ketika misalnya org lain memberikan saran, maka ia menganggap hal trsbut suatu pwnghinaan, krn dlu ia diperlakukan sprti itu.
Masih banyak contoh yg lain, contoh diatas hanya bbrp saja. Untuk apa hal ini? Supaya kita itu belajar mengenal diri sendiri. Siapa saya? Mengapa saya seperti ini? Kenapa saya memiliki thinking, emotion, action yg seperti ini? Sehingga dngn mengetahui hal ini kita dapat aware, kemudian mau mencari solusi, apa yg harus saya lakukan, mulai memikirkan strategi yg tepat untuk mengatasinya. Jika kita tdk pernah menyadari hal ini, maka kita tdk pernah mengerti mengapa kita yg sekarang ini seperti ini. Demikianlah coretan singkat ini, smoga bermanfaat.
dapat juga dibaca di sini
http://edukasi.kompasiana.com/2014/11/21/kamu-yang-sekarang-adalah-produk-masa-lalu-692582.html

Senin, 13 Oktober 2014

The Law of Marriage

Para Pemikir Tentang Tuhan (Puisi)

Kamu ada di sini dan kamu berkata kamu mengenal Dia

Bahkan kamubisa berkata, bahwa Dia itu seperti ini dan seperti itu
Bahkan kamu juga bisa berkata bahwa Dia tidak bisa seperti ini dan itu
Bahkan kamu juga bisa berkata bahwa kamu merasakan kehadiran-Nya
Bahkan kamu juga bisa berkata kamu tahu apa yang Ia kehendaki

Kenapa?
Karena siang malam akamu belajar tentang Dia
Karena siang malam kamu mendengar nama-Nya dibicarakan diberbagai tempat

Tapi...
Apakah kamu pernah merasakan apa yang kamu ketahui???

Rabu, 01 Oktober 2014

Harapan di Hut Batik Nasional oleh Google



Pagi ini saya browsing sesuatu di dunia maya, ketika buka google, wow yang muncul adalah halaman pencarian google dengan orang-orang yang berpakaian batik, dan disana ada tulisan Hari Batik Nasional. Jadi jika hari ini kalian buka google maka akan muncul enam orang berpakaian batik dengan motif-motif tertentu dan unik. Sejak tahun 2009 Indonesia sudah memulai untuk merayakan hari batik Nasional. Dan dengan begitu luar biasanya, hari ini google menggantikan tulisannya dengan gambar seperti di atas. Hal ini menunjukkan bahwa google menyediakan satu sarana untuk tetap mengingat batik sebagai satu warisan yang luhur dari nenek moyang kita dan patut dibanggakan.

Di tengah pergulatan politik dan sandiwara politik yang dilakukan oleh para tikus-tikus yang begitu rakus akan kekuasaan, paling tidak hari ini, dengan membuka browsing google kita bisa menghirup udara yang segar dan kita sedikit membusungkan dada karena masih ada hal yang dapat dibanggakan dari bangsa ini.

Di tengah hiruk pikuk politik (khususnya) di negara ini yang membuat rakyat menetaskan air mata melihat ulah para wakilnya dipemerintahan, Tuhan memberikan satu berkas cahaya terang, bahwa masih ada harapan untuk negara ini. Tuhan masih menunjukkan harapan untuk bangsa ini. Tuhan masih menunjukkan seberkas harapan untuk rakyat Indonesia. Dan ini adalah satu bukti bahwa meskipun bangsa Indonesia sedemikan terpuruknya, tapi Tuhan tidak pernah meninggalkan bagsa ini.

Temans... ingat masih tetap ada harapan untuk bangsa ini. Jangan biarkan semangat hidupmu direbut oleh para tikus-tikus berdasi.

















Minggu, 28 September 2014

Kutipan Inspirasi Pernikahan

Pernikahan:

"Yang boleh menikah adalah orang yang sudah dewasa"

"Saat anda tidak jujur dengan pasangan anda, anda sedang menjauhkan diri dengan pasangan anda"

"Kalau kamu masih gigit jari, kamu tidak boleh nikah"

Rabu, 10 September 2014

Kesenjangan antara harapan dan kenyataan

Manusia sebagai ciptaan Allah sangat wajar sekali jika dalam hidup ini memiliki banyak impian dalam hidupnya, dan tentu saja impian ini adalah impian yang selalu berpusat pada diri sendiri. Aku mau bahagia, aku mau keluarga yang bahagia, aku mau karir yang gemilang, aku mau pendidikan yang sukses, aku mau memiliki teman-teman yang care selalu dengan saya, aku mau dan aku mau.

Namun apa yang akan kamu katakan jika impian tersebut tidak didapatkan alias realita yang terjadi malah sebaliknya. Tidak bahagia, tidak ada keluarga bahagia, karir suma begitu-begitu terus, pendidikan anjlok/nilai pada hancur, apakah kamu masih bisa berkata "Aku masih bisa tetap berdiri di atas muka bumi ini!"

Jika kita tidak pernah jujur pada diri sendiri, maka ketika kamu mengalami kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang terjadi kamu bisa menutupi semua kekecewaanmu dengan senyuman yang indah meski sangat sangat dipaksakan dan kemudian kamu berkata "Aku nggak apa kok" atau seperti kata Jupe "Aku rapopo". Namun sebenarnya begitu sakit bukan???

Memang butuh keberanian untuk bisa jujur pada diri sendiri, sehingga ketika sesuatu terjadi terhadap harapan kita, maka kita bisa menerima semuanya dan mau berkata "Ya saya memang kecewa", "Ya saya memang menyesal". Namun, seberapa banyak yang bisa dan mau jujur pada diri sendiri? Hal ini  cukup berat untuk dilakukan, karena disana memang kita akan menemui banyak hal, sakit hati, kekecewaan, kemarahan, kesedihan, umpatan, penyesalan, jeritan hati. Namun ini sebenarnya yang lebih baik, sehingga kita tidak lagi memendam-mendam perasaan terluka yang ada. Sakit hati tersebut tidak lagi menjadi bom waktu untuk diri sendiri.

Ketika terjadi kesenjangan antara harapan dan kenyataan, maka untuk mempercayai perkataan yang mengatakan "Tuhan sudah menyediakan yang terbaik untuk kita" adalah sesuatu yang mustahil dan juga bisa menjadi kekuatan pada diri sendiri sehingga bisa mua tegar untuk bisa melati semuanya. Namun seberapa sih yang bisa melakukannya. Jika tidak pernah jujur pada diri sendiri, memang seolah-olah bisa melewatinya (mungkin).

Mempercayai janji Tuhan di dalam situasi yang seperti itu memang sepertinya adalah hal yang konyol, mungkin kita berkata "Bagaimana aku bisa thank's God" disatu sisi aku sedang berduka. Bagaimana aku bisa melihat dan berkata "Tuhan punya rencana terbaik dalam hidupku", sedangkan anak-istri tidak bisa makan, bagaimana aku bisa berkata "aku nggak apa-apa kok, aku bisa melewati semuanya ini", sedangkan pendidikan saya sedang anjlok-anjloknya. Bukan hal yang mudah untuk berkata "Aku tegar", sedangkan pacar yang selama ini kelihatan setia lebih memilih orang lain untuk menjadi pasangannya.

Justru disaat itulah kamu membutuhkan belaskasih Tuhan. Setelah segala upaya kamu lakukan namun tidak bisa, maka sudah saatnya kamu melabuhkan keletihan pencarianmu kepada-Nya. Dia adalah Allah yang tidak pernah meninggalkan apa yang Ia ciptakan. Mengasihi setiap manusia. Belas kasihan-Nya lebih besar dari kekecewaan kita, belas kasihan-Nya lebih besar dari kejahatan kita. Belajarlah untuk berkata "Tuhan aku sudah tidak bisa lagi, segala sudah aku lakukan ternyata aku tidak bisa mempercayai janji-Mu, berikanlah aku hati yang mau percaya, karena aku membutuhkannya saat ini. Inilah hal yang aku butuhkan saat ini".

Kepada Gideon sang hakim ia berulang kali menunjukkan bukti penyertaannya. Kepada Tomas siperagu, Ia berkata "Mari dan cucukkanlah tanganmu pada tangan dan lambung-Ku". Belas kasih Tuhan kepada harapan Gideon dan Tomas sehingga Ia mau memberikan apa yang mereka butuhkan. Belajarlah untuk berteriak "Tuhan aku sudah tidak sanggup lagi, untuk mempercayai janji terbaik dalam situasi yang seperti ini bukan hal yang tidak mudah lagi, tapi sudah tidak bisa lagi. Tolong, mampukan untuk berkata dan mempercayai rencana-Mua". Dan di saat itulah kamu membuka hatimu untuk disentuh dan dipimpin oleh Roh Kudus untuk bisa berdoa kepada Tuhan. Hati yang hancur tidak Ia pandang hina, tapi justru Ia sentuh dengan penuh belas kasihan.


Sesuatu disebut abadi, jika diabadikan

Kamis, 04 September 2014

Tidak Bisa Bertemu Tuhan

Hari ini berharap bisa mendapatkan penghiburan atau obat atas kegelisahan, kekecewaan, kemarahan, dari hari kemarin sampai hari ini. Banyak hal yang membuat rasanya ingin menyerahan dan berpikir ini bukanlah jalan yang terbaik (sepertinya). Kemudian mencoba untuk mengambil waktu bersama dengan Tuhan, dan berharap bisa mendapatkan penghiburan dan kekuatan. Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Semua kesalahan itu dibongkar, dihajar di sana-sani oleh Firman-Nya. Dan saya pun bertanya "Tuhan, apakah Engkau tidak tahu keadaanku saat ini? Aku tidak butuh ini hari ini? Aku butuh penghiburan hari ini, aku butuh penguatan, bukan yang seperti ini. Bagaimana aku bisa melakukannya, disituasi yang seperti ini. Bagaimana aku bisa melakukannya? Hari ini aku gagal, kemudian jadi bahan tertawaan orang, bagaimana bisa aku melakukannya. Ya, aku tahu aku lebih berharga dari ciptaan lain, tapi untuk memahami hal tersebut saat ini tidaklah mudah. Kamu belum pernah meminta kepada-Ku. Apalagi yang harus aku minta kepada-Mu. Aku tidak bisa. 

Ternyata benar kata Nouwen, bahwa datang dihadapan Tuhan itu bukan sebagai rest time, bukan juga rest area, bukan juga untuk mencharger kekuatan kita, bukan untuk tempat mendapatkan kekuatan, tapi datang dihadirat Tuhan adalah untuk mendengar suara Tuhan yang membawa kita pada perubahan. Selama ini yang kita lakukan, adalah datang kepada Tuhan ketika kita sedang dalam situasi tersulit, kemudian memohon kekuatan dari Tuhan supaya bisa menjalaninya, tanpa pernah bertanya kepada Tuhan apakah jalan yang kita tempuh selama ini benar atau salah. Ibarat mencas bateray,setelah itu strong lagi. Kita tidak pernah diubahkan selama ini. 

Bertemu dengan Tuhan bukanlah sebuah resep, bukanlah jimat, bukanlah sebuah terapi, tapi tempat untuk dikoreksi, dihajar, dilukai, dikecewakan, dikasihiani, ditantang, dan AKU TIDAK BISA MELAKUKANNYA. 

Doa: Tuhan, hari ini benar-benar adalah hari yang sangat berat. Mendengarkan-Mu saja, sepertinya adalah hal yang sia-sia. Tapi terimakasih untuk kasih yang tetap Kau berikan.

Selasa, 02 September 2014

Ketika UIN Menggugat Religiusitas Yang Salah Kaprah dengan Tema "TUHAN MEMBUSUK"

14096543001173976455
sumber kompas.com

Indonesia adalah negara yang kaya akan kejutan-kejutan heboh buat masyarakatnya. Mulai dari hasil pilpres yang digugat, sudah diperjuangkan mati-matian tapi ditolak juga sama MK (ingat bukan mantan kekasih #dagelan), kemudian kasus si butet Flo, kemudian vonis mrs. Atut yg kelewat baik vonisnya, kini dihebohkan dengan tema ospek yang diangkat oleh UIN Sunan Ampel Surabaya.

Tema yang diangkat dalam ospek tersebut adalah TUHAN MEMBUSUK (lihat http://regional.kompas.com/read/2014/09/02/12455961/Ospek.Mahasiswa.Pakai.Tema.Tuhan.Membusuk.UIN.Dikecam). Apa Tuhan membusuk???? Kira-kira begitulah repon sebagian orang yang membacanya. Kenapa? Karena ini adalah kata-kata yang cukup tabu untuk orang-orang beragama, orang-orang beragama berpikir bahwa ini adalah pelecehan terhadap Tuhan. So, seperti hukum alam, dimana ada kejadian kontroversi, disitu juga ada reaksi kontroversi, yaitu pro dan kontra. Banyak kalangan yang menyayangkan hal ini, terlebih-lebih karena kata-kata seperti ini berasal dari kampus yang basicnya adalah agama. Salah satu hal yang menggemaskan saya adalah, reaksi dari orang-orang yang kontra yang berkata bahwa ini adalah pelecehan terhadap nama Tuhan, sehingga kemudian membela mati-matian sampai (mungkin) melayangkan pengaduan kepada yang berwajib. Pertanyaannya adalah apakah yang dituliskan dalam tema ospek tersebut salah? Apakah 'tuhan' juga membusuk ketika UIN menuliskan hal tersebut?

Bagaimana menyikapinya:

1. UIN adalah sekolah Filsafat
UIN bukanlah sekolah atau universitas pada umumnya, tapi mereka adalah sekolah dengan basic filsafat. Apakah filsafat itu jahat? Apakah filsafat itu salah? Justru filsafat itu mengasah seseorang untuk berpikir bukan? Dan ketika mereka menyampaikan ide mereka, sudah otomatis itu tidak bisa lagi diartikan atau dibaca secara literal. Tapi harus dicoba dimengerti dalam secara akademis, karena tema ini memang ditujukan kepada para akademia alias mahasiswa. Jadi, ketika mereka berkata Tuhan Busuk, bukan berarti kita menelan mentah-mentah pengertiannya, seperti buah yang busuk, makanan yang busuk, atau tanaman yang busuk. Tapi kita mencoba melihat dan memahaminya seperti point 2 berikut!

2. Apa tujuan tema ini?
Berdasarkan ulasan kompas hari ini dalam topik http://regional.kompas.com/read/2014/09/02/13151011/Mahasiswa.UIN.Tema.Ospek.Tuhan.Membusuk.Berdasar.pada.Realita, disana dikatakan bahwa "Ketua Dewan Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Rahmat, mengatakan, tema tersebut sudah selesai didiskusikan di tingkat SC panitia ospek dan dieksplorasikan ke semua mahasiswa baru. Tema tersebut dipilih setelah pihaknya membaca realita yang terjadi saat ini, yaitu banyak kalangan menggunakan alasan agama untuk kepentingan politik dan untuk kepentingan lainnya." Ya, itulah tujuan mengapa mereka mengangkat tema seperti itu, yaitu begitu banyaknya orang-orang yang melakukan segala sesuatu atas nama agama, padahal ada kepentingan pribadi di sana.

Realita yang terjadi memang begitu bukan? Berapa banyak orang yang rela mati (bom bunuh diri) hanya demi agama, tapi apakah itu benar? Berapa banyak orang yang melakukan kebaikan yang katanya untuk Tuhan, tapi ternyata hanya demi popularitas, karena tuntutan, karena lingkungan. Berapa banyak orang yang membawa nama agama ke ranah politik, mengatasnamakan diri sebagai agama pembawa kebenaran tapi kenyataannya hanya untuk mendapatkan dukungan masyarakat?

Seharusnya kita bersyukur jika ditengah-tengah realita hidup seperti ini, UIN boleh mengangkat topik ini untuk menyadarkan kita semua sebagai orang yang mengaku beragama.Dan kemudian mengajak kita semua juga, untuk lebih jeli lagi melihat orang-orang disekitar kita, yang begitu hebat dalam berorasi membawa-bawa nama agama, apakah benar apa yang mereka katakan atau ada motivasi lain dibalik semuanya itu. Jadilah masyarakat yang lebih jeli dan berhikmat dalam menyikapi suatu keadaan.

Kepada seluruh masyarakat Indonesia yang mengaku beragama, janganlah terlalu cepat terprovokasi dengan isu-isu yang hanya merugikan diri kita sendiri, dan pihak lain yang mendapatkan untungnya. Jika ada yang berkata, mari kita membela nama Tuhan, lihat dulu duduk persoalannya, telaah baik-baik, baru bergerak. Jangan-jangan ajakan itu adalah ajakan yang mengatas namakan agama.

Refleksi:
Sudah seharusnya hal ini membawa kita kepada satu refleksi atau perenungan diri, dan bertanya kepada diri sendiri, sejauh mana kita sudah menghidupi dengan benar apa yang kita yakini selama ini. Apakah benar apa yang saya lakukan untuk Tuhan yang saya sembah atau hanya karena paksaan dari orang lain? Hanya untuk mendapatkan bayaran? Hanya untuk mendapatkan pujian dari orang lain?


sumber: http://regional.kompasiana.com/2014/09/02/ketika-uin-menggugat-religiusitas-yang-salah-kaprah-dengan-tema-tuhan-membusuk-676860.html


SESUATU DISEBUT ABADI JIKA DIABADIKAN








Senin, 01 September 2014

Tuhan Bukan No. 1 dalam Hidupku


Refleksi hari ini kali ya....

Sering sekali setiap umat beragama mengatakan bahwa God is number one. Tuhan adalah nomor satu dalam hidup ini. Tapi hari ini temanku bilang Tuhan bukan nomor satu dalam hidup ini. Kok bisa bro? Bukankah kita memang harus menempatkan Tuhan di bagian no satu?

Logikanya begini....
Misalnya, ketika seseorang berkata kepada kekasihnya atau pacarnya, "beb, kamu adalah pacar no satuku di dunia ini yang paling mengerti aku", atau seorang sahabat yang berkata kepada sahabatnya "kamu adalah sahabat no satu terbaik di dunia ini". Apakah makna yang tersirat dibalik kalimat seperti itu? Kalau kita seseorang itu berkata "kamu adalah pacarku no satu di dunia ini", maka dalam kalimat tersebut tersirat ada nomor berikutnya bukan? Ada nomor dua, nomor tiga, alias ada pacar nomor dua, ada pacar nomor tiga. Kamu bisa aja bro analisanya, mentang-mentang udah lulus kuliah metode riset kamu belagu? hehehhe. Tapi hal ini cukup masuk akal juga sih. Hayo... sekarang berhati-hatilah dan waspadalah wahai engkau manusia jika pacarmu berkata "kamu adalah pacar nomor satunya di dunia", jangan-jangan ada pacar nomor dua nya di kampung, pacar nomor tiga di kampus, pacar nomor empat di komunitas yang ia ikuti.

Kembali ke God is number one...
Dengan memakai logika di atas, berarti ketika kita berkata bahwa Tuhan adalah nomor satu dalam hidup ini, berarti ada 'tuhan' yang berikutnya, 'tuhan nomor dua', 'tuhan nomor tiga' de el el. Padahal kita tahu bahwa Tuhan itu Esa/Satu, nothing else. Teman saya pernah berkata begini "Saya itu tidak terlalu memikirkan jodoh dalam hidup ini, itu nomor yang kesekian, yang penting nomor satu itu Tuhan, nomor dua uang alias pekerjaan, nomor tiga membahagiakan ortu, barulah yang lain-lainnya berada dinomor berikutnya." Dan saya rasa kita semua umat beragama yang mengaku adanya Tuhan pun pernah mengatakan hal yang sama. Tapi, kemudian saya mulai berpikir, kalau begitu kita itu mencoba menyamakan Tuhan dengan yang lainnya, dengan uang, dengan ortu, dengan kekasih, walaupun berada dalam level yang berbeda. Tapi bukankah itu semua sebenarnya berada di bawah naungan Tuhan? Masakan kita menyamakan Dia dengan apa yang Ia ciptakan?

God is number one...
Ini adalah kalimat yang sering kita ucapkan bahkan karena terlalu seringnya, ia sudah berada di bawah alam sadar kita sehingga ketika kita mengucapkannya, kita tidak lagi memaknainya, tapi asal bunyi saja alias asbun. Hal yang saya takuti juga dalam hidup saya adalah ketika saya mengucapkan kalimat ini, jangan-jangan saya juga sudah terjebak dengan pola rutinitas agama, sehingga saya pun tidak menyadari dan memaknainya ketika saya mengucapkannya.

Mungkin perlu merenungkan kembali apa yang kita imani selama ini, apakah benar ada Tuhan dalam hidup ini atau tidak. Sehingga pada akhirnya kita berkata "TUHAN ADALAH SATU-SATUNYA DALAM HIDUP INI", bukan lagi Tuhan adalah nomor satu. Ya, sepertinya ini  kalimat yang paling tepat yang seharusnya kita gunakan mulai saat ini. Jika kita berkata "Tuhan adalah satu-satunya", maka memang tidak ada yang lain lagi. Tapi bukan berarti Tuhan akan ada satu-satunya karena kita mengakui-Nya, tidak, tapi ya Tuhan tetap ada. Terus yang lain-lain itu termasuk apa bro? Itu adalah bonus bro... :)



Thanks to Mr.A.B and Prof. Y.A.


"SESUATU AKAN DISEBUT ABADI JIKA DIABADIKAN"












Kamis, 28 Agustus 2014

Wahai Pemimpin Agama/Rohaniwan Dimanakah Suaramu?

sumber mbah google
 Belakangan ini saya cukup dibuat gelisah oleh pemberitaan dari media sosial tentang keadaan yang dialami oleh tanah kelahiran saya, yaitu Pulau Nias. Sumber berita yang saya maksud tersebut adalah berbagai group atau FP di Facebook yang memberitakan atau melapaorkan keadaan Nias saat ini, sebut saja misalnya Liputan Nias, Lead Center Nias, Forum Masyarakat Kepulauan Nias Indonesia, dll. Hampir semua memberitakan tentang keadaan Nias, yang mulai terpuruk dengan keadaan yang ada, baik itu masalah, sosial, ekonomi, maupun moral. Memang ada juga hal-hal baik yang diberitakan, tapi kapasitasnya minim. Saya mengikut perkembangan Nias melalui saluran-saluran berita di media social tersebut. 


Sudah lebih 7 tahun saya meninggalkan Nias (Nias yang selalu saya rindukan). Dari media social tersebut saya membaca bahwa keadaan social ekonomi masyarakat semakin melemah, yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin, harga sembako naik, harga karet menurun, secara moral juga mulai bermasalah, pemimpin yang terkait korupsi, masalah ketidak adilan, masalah CPNS, jumlah pengangguran, SDM yang bekerja tidak sesuai dengan keahliannya (misalnya lulusan akper jadi pegawai BANK, lulusan S.Pdk jadi camat, dll.).

Saya merasa bahwa masalah di atas bukanlah masalah yang baru terjadi, tapi ini adalah masalah yang sudah terjadi dimasa lalu, berpuluh tahun yang lalu sudah terjadi. Dari lahir sampai usia 18 tahun saya tinggal di Nias, dan masalah itu sudah ada, dan saya melihat, mendengar, dan merasakannya.

Ketika ada masalah seperti ini, siapa yang menjadi sasaran amarah kita? Siapa yang menjadi sasaran kritikan? That’s right!!! Ya benar, pemerintah menjadi sasaran amarah kita, kita mengkritik habis-habisan, kita hujat, kita maki sepuas kita, kita kutuk sepuas kita. Kenapa? Karena kita merasa merekalah yang bertanggung jawab terhadap jalannya kehidupan di Nias. Inilah yang kita lakukan, baik dulu, berpuluh-puluh tahun yang lalu, maupun saat ini. Apa hasilnya? Jawab sendiri.

Namun satu hal yang ingin saya pertanyakan seperti judul tulisan ini adalah WAHAI ROHANIWAN DIMANAKAH SUARAMU? Ini adalah hal yang belakangan ini saya pertanyakan. Adakah juga peran para pemimpin agama di Nias, terhadap kondisi keadaan di Nias? Sebagian besar Nias adalah daerah yang memiliki keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan berbagai agama, sebut saja Kristen Protestan, Islam, Katolik, (ini adalah agama yang mendominasi daerah Nias). Tentu saja dengan kapasitas keyakinan yang seperti ini, seharusnya keadaan Nias lebih baik. Namun sudah kapasitas keyakinan yang relatif besar tersebut, memberikan pengaruh kepada masyarakat Nias? Sudahkah juga para pemimpin umat ini menyuarakan suara Tuhan kepada masyarakat dan kepada pemerintah? Sudahkah juga para pemimpin umat ini menyuarakan suara masyarakat kepada pemerintah? Jawab sendiri.

Selama 18 tahun saya tinggal di Nias, saya tidak pernah melihat bahwa agama memberikan dampak yang signifikan terhadap kemajuan masyarakat disegala sektor, seolah-olah menutup mata. Saya tidak pernah melihat dan mendengar bahwa kaum rohaniawan berdiskusi dengan pemerintah untuk mengatasi masalah Nias (jika pernah, salah sendiri, kenapa tidak dipublish kepada masyarakat).

Sudah saatnya kita mulai menyoroti peran kaum rohaniawan di Nias. Sudah bosan dengan cacian, kritikan, hujatan kepada pemerintah. Mari sama-sama bertanya WAHAI KAUM ROHANIWAN/PEMIMPIN UMAT DIMANAKAH SUARAMU?

Saya teringat berbagai peristiwa yang pernah terjadi di Nias, ketika saya masih tinggal di Nias maupun sampai saat ini. Misalnya ketika terjadi masalah di satu desa, sebut saja perkelahian, keributan dalam rumah tangga, pencurian, perzinahan, pembunuhan, dll. Biasanya masalah ini diselesaikan di kantor desa atau juga di rumah kepada desa. Yang menyelesaikannya adalah kepala desa, kepala dusun, dan aparat desa. Dimana pemimpin umat? Dimana kaum rohaniwan? Kalau bukan duduk dibelakang maka duduk di rumah. Contoh yang lain, ketika masa-masa pemilihan, baik pemilihan kepada desa, kepada daerah, maupun pemilihan presiden, apakah umat pernah diberikan juga pemahaman, baik itu di gereja, mesjid, wihara, untuk memilih pemimpin yang baik, benar, adil, jujur? Selama sepengetahuan saya tidak pernah. Suatu hal yang ironis sebenarnya, jika kita semua tutup mata dengan hal-hal tersebut. Saya tidak pernah melihat pemimpin umat/kaum rohaniwan berbicara atau diskusi dengan kepada desa, camat, bupati, walikota untuk membicarakan tentang kemajuan masyarakat Nias. Saya tidak pernah melihat pemimpin umat menegur pemerintah ketika melakukan kesalahan. Bukankan agama tidak boleh masuk dalam pemerintahan? Siapa bilang, justru agama dan pemerintah melakukan satu kerjasama yang baik demi kemajuan masyarakat.

Yang saya takutkan dan yang saya duga, pemimpin umat/kaum rohaniawan takut menyuarakan hal-hal seperti ini. Apakah takut posisinya terancam, takut dicap penjilat, atau lain sebagainya. Kecuali jika kedua hal ini dibedakan dan berdiri sendiri. Pemerintah sendiri, agama sendiri (itu beda cerita lagi). Atau jangan-jangan agama (apapun itu agamanya), mengambil keuntungan dengan situasi yang seperti ini? Jawab sendiri.
Benar kata orang diam adalah emas, tapi kita juga harus tahu bahwa bicara itu adalah permata, berlian, yang nilainya lebih tinggi dari emas. Mungkin kita berkata dengan diam, bisa menyelesaikan masalah, tapi itu sebenarnya salah. Saya mempertanyakan diamnya kaum rohaniwan. 

WAHAU KAUM ROHANIWAN/PEMIMPIN UMAT DIMANAKAH SUARAMU? Jawab sendiri. 


(Tulisan ini adalah curah hati putra Nias di tanah rantau, yang merindukan daerahnya menjadi lebih baik)