Total Tayangan Halaman

Minggu, 28 September 2014

Kutipan Inspirasi Pernikahan

Pernikahan:

"Yang boleh menikah adalah orang yang sudah dewasa"

"Saat anda tidak jujur dengan pasangan anda, anda sedang menjauhkan diri dengan pasangan anda"

"Kalau kamu masih gigit jari, kamu tidak boleh nikah"

Rabu, 10 September 2014

Kesenjangan antara harapan dan kenyataan

Manusia sebagai ciptaan Allah sangat wajar sekali jika dalam hidup ini memiliki banyak impian dalam hidupnya, dan tentu saja impian ini adalah impian yang selalu berpusat pada diri sendiri. Aku mau bahagia, aku mau keluarga yang bahagia, aku mau karir yang gemilang, aku mau pendidikan yang sukses, aku mau memiliki teman-teman yang care selalu dengan saya, aku mau dan aku mau.

Namun apa yang akan kamu katakan jika impian tersebut tidak didapatkan alias realita yang terjadi malah sebaliknya. Tidak bahagia, tidak ada keluarga bahagia, karir suma begitu-begitu terus, pendidikan anjlok/nilai pada hancur, apakah kamu masih bisa berkata "Aku masih bisa tetap berdiri di atas muka bumi ini!"

Jika kita tidak pernah jujur pada diri sendiri, maka ketika kamu mengalami kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang terjadi kamu bisa menutupi semua kekecewaanmu dengan senyuman yang indah meski sangat sangat dipaksakan dan kemudian kamu berkata "Aku nggak apa kok" atau seperti kata Jupe "Aku rapopo". Namun sebenarnya begitu sakit bukan???

Memang butuh keberanian untuk bisa jujur pada diri sendiri, sehingga ketika sesuatu terjadi terhadap harapan kita, maka kita bisa menerima semuanya dan mau berkata "Ya saya memang kecewa", "Ya saya memang menyesal". Namun, seberapa banyak yang bisa dan mau jujur pada diri sendiri? Hal ini  cukup berat untuk dilakukan, karena disana memang kita akan menemui banyak hal, sakit hati, kekecewaan, kemarahan, kesedihan, umpatan, penyesalan, jeritan hati. Namun ini sebenarnya yang lebih baik, sehingga kita tidak lagi memendam-mendam perasaan terluka yang ada. Sakit hati tersebut tidak lagi menjadi bom waktu untuk diri sendiri.

Ketika terjadi kesenjangan antara harapan dan kenyataan, maka untuk mempercayai perkataan yang mengatakan "Tuhan sudah menyediakan yang terbaik untuk kita" adalah sesuatu yang mustahil dan juga bisa menjadi kekuatan pada diri sendiri sehingga bisa mua tegar untuk bisa melati semuanya. Namun seberapa sih yang bisa melakukannya. Jika tidak pernah jujur pada diri sendiri, memang seolah-olah bisa melewatinya (mungkin).

Mempercayai janji Tuhan di dalam situasi yang seperti itu memang sepertinya adalah hal yang konyol, mungkin kita berkata "Bagaimana aku bisa thank's God" disatu sisi aku sedang berduka. Bagaimana aku bisa melihat dan berkata "Tuhan punya rencana terbaik dalam hidupku", sedangkan anak-istri tidak bisa makan, bagaimana aku bisa berkata "aku nggak apa-apa kok, aku bisa melewati semuanya ini", sedangkan pendidikan saya sedang anjlok-anjloknya. Bukan hal yang mudah untuk berkata "Aku tegar", sedangkan pacar yang selama ini kelihatan setia lebih memilih orang lain untuk menjadi pasangannya.

Justru disaat itulah kamu membutuhkan belaskasih Tuhan. Setelah segala upaya kamu lakukan namun tidak bisa, maka sudah saatnya kamu melabuhkan keletihan pencarianmu kepada-Nya. Dia adalah Allah yang tidak pernah meninggalkan apa yang Ia ciptakan. Mengasihi setiap manusia. Belas kasihan-Nya lebih besar dari kekecewaan kita, belas kasihan-Nya lebih besar dari kejahatan kita. Belajarlah untuk berkata "Tuhan aku sudah tidak bisa lagi, segala sudah aku lakukan ternyata aku tidak bisa mempercayai janji-Mu, berikanlah aku hati yang mau percaya, karena aku membutuhkannya saat ini. Inilah hal yang aku butuhkan saat ini".

Kepada Gideon sang hakim ia berulang kali menunjukkan bukti penyertaannya. Kepada Tomas siperagu, Ia berkata "Mari dan cucukkanlah tanganmu pada tangan dan lambung-Ku". Belas kasih Tuhan kepada harapan Gideon dan Tomas sehingga Ia mau memberikan apa yang mereka butuhkan. Belajarlah untuk berteriak "Tuhan aku sudah tidak sanggup lagi, untuk mempercayai janji terbaik dalam situasi yang seperti ini bukan hal yang tidak mudah lagi, tapi sudah tidak bisa lagi. Tolong, mampukan untuk berkata dan mempercayai rencana-Mua". Dan di saat itulah kamu membuka hatimu untuk disentuh dan dipimpin oleh Roh Kudus untuk bisa berdoa kepada Tuhan. Hati yang hancur tidak Ia pandang hina, tapi justru Ia sentuh dengan penuh belas kasihan.


Sesuatu disebut abadi, jika diabadikan

Kamis, 04 September 2014

Tidak Bisa Bertemu Tuhan

Hari ini berharap bisa mendapatkan penghiburan atau obat atas kegelisahan, kekecewaan, kemarahan, dari hari kemarin sampai hari ini. Banyak hal yang membuat rasanya ingin menyerahan dan berpikir ini bukanlah jalan yang terbaik (sepertinya). Kemudian mencoba untuk mengambil waktu bersama dengan Tuhan, dan berharap bisa mendapatkan penghiburan dan kekuatan. Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Semua kesalahan itu dibongkar, dihajar di sana-sani oleh Firman-Nya. Dan saya pun bertanya "Tuhan, apakah Engkau tidak tahu keadaanku saat ini? Aku tidak butuh ini hari ini? Aku butuh penghiburan hari ini, aku butuh penguatan, bukan yang seperti ini. Bagaimana aku bisa melakukannya, disituasi yang seperti ini. Bagaimana aku bisa melakukannya? Hari ini aku gagal, kemudian jadi bahan tertawaan orang, bagaimana bisa aku melakukannya. Ya, aku tahu aku lebih berharga dari ciptaan lain, tapi untuk memahami hal tersebut saat ini tidaklah mudah. Kamu belum pernah meminta kepada-Ku. Apalagi yang harus aku minta kepada-Mu. Aku tidak bisa. 

Ternyata benar kata Nouwen, bahwa datang dihadapan Tuhan itu bukan sebagai rest time, bukan juga rest area, bukan juga untuk mencharger kekuatan kita, bukan untuk tempat mendapatkan kekuatan, tapi datang dihadirat Tuhan adalah untuk mendengar suara Tuhan yang membawa kita pada perubahan. Selama ini yang kita lakukan, adalah datang kepada Tuhan ketika kita sedang dalam situasi tersulit, kemudian memohon kekuatan dari Tuhan supaya bisa menjalaninya, tanpa pernah bertanya kepada Tuhan apakah jalan yang kita tempuh selama ini benar atau salah. Ibarat mencas bateray,setelah itu strong lagi. Kita tidak pernah diubahkan selama ini. 

Bertemu dengan Tuhan bukanlah sebuah resep, bukanlah jimat, bukanlah sebuah terapi, tapi tempat untuk dikoreksi, dihajar, dilukai, dikecewakan, dikasihiani, ditantang, dan AKU TIDAK BISA MELAKUKANNYA. 

Doa: Tuhan, hari ini benar-benar adalah hari yang sangat berat. Mendengarkan-Mu saja, sepertinya adalah hal yang sia-sia. Tapi terimakasih untuk kasih yang tetap Kau berikan.

Selasa, 02 September 2014

Ketika UIN Menggugat Religiusitas Yang Salah Kaprah dengan Tema "TUHAN MEMBUSUK"

14096543001173976455
sumber kompas.com

Indonesia adalah negara yang kaya akan kejutan-kejutan heboh buat masyarakatnya. Mulai dari hasil pilpres yang digugat, sudah diperjuangkan mati-matian tapi ditolak juga sama MK (ingat bukan mantan kekasih #dagelan), kemudian kasus si butet Flo, kemudian vonis mrs. Atut yg kelewat baik vonisnya, kini dihebohkan dengan tema ospek yang diangkat oleh UIN Sunan Ampel Surabaya.

Tema yang diangkat dalam ospek tersebut adalah TUHAN MEMBUSUK (lihat http://regional.kompas.com/read/2014/09/02/12455961/Ospek.Mahasiswa.Pakai.Tema.Tuhan.Membusuk.UIN.Dikecam). Apa Tuhan membusuk???? Kira-kira begitulah repon sebagian orang yang membacanya. Kenapa? Karena ini adalah kata-kata yang cukup tabu untuk orang-orang beragama, orang-orang beragama berpikir bahwa ini adalah pelecehan terhadap Tuhan. So, seperti hukum alam, dimana ada kejadian kontroversi, disitu juga ada reaksi kontroversi, yaitu pro dan kontra. Banyak kalangan yang menyayangkan hal ini, terlebih-lebih karena kata-kata seperti ini berasal dari kampus yang basicnya adalah agama. Salah satu hal yang menggemaskan saya adalah, reaksi dari orang-orang yang kontra yang berkata bahwa ini adalah pelecehan terhadap nama Tuhan, sehingga kemudian membela mati-matian sampai (mungkin) melayangkan pengaduan kepada yang berwajib. Pertanyaannya adalah apakah yang dituliskan dalam tema ospek tersebut salah? Apakah 'tuhan' juga membusuk ketika UIN menuliskan hal tersebut?

Bagaimana menyikapinya:

1. UIN adalah sekolah Filsafat
UIN bukanlah sekolah atau universitas pada umumnya, tapi mereka adalah sekolah dengan basic filsafat. Apakah filsafat itu jahat? Apakah filsafat itu salah? Justru filsafat itu mengasah seseorang untuk berpikir bukan? Dan ketika mereka menyampaikan ide mereka, sudah otomatis itu tidak bisa lagi diartikan atau dibaca secara literal. Tapi harus dicoba dimengerti dalam secara akademis, karena tema ini memang ditujukan kepada para akademia alias mahasiswa. Jadi, ketika mereka berkata Tuhan Busuk, bukan berarti kita menelan mentah-mentah pengertiannya, seperti buah yang busuk, makanan yang busuk, atau tanaman yang busuk. Tapi kita mencoba melihat dan memahaminya seperti point 2 berikut!

2. Apa tujuan tema ini?
Berdasarkan ulasan kompas hari ini dalam topik http://regional.kompas.com/read/2014/09/02/13151011/Mahasiswa.UIN.Tema.Ospek.Tuhan.Membusuk.Berdasar.pada.Realita, disana dikatakan bahwa "Ketua Dewan Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Rahmat, mengatakan, tema tersebut sudah selesai didiskusikan di tingkat SC panitia ospek dan dieksplorasikan ke semua mahasiswa baru. Tema tersebut dipilih setelah pihaknya membaca realita yang terjadi saat ini, yaitu banyak kalangan menggunakan alasan agama untuk kepentingan politik dan untuk kepentingan lainnya." Ya, itulah tujuan mengapa mereka mengangkat tema seperti itu, yaitu begitu banyaknya orang-orang yang melakukan segala sesuatu atas nama agama, padahal ada kepentingan pribadi di sana.

Realita yang terjadi memang begitu bukan? Berapa banyak orang yang rela mati (bom bunuh diri) hanya demi agama, tapi apakah itu benar? Berapa banyak orang yang melakukan kebaikan yang katanya untuk Tuhan, tapi ternyata hanya demi popularitas, karena tuntutan, karena lingkungan. Berapa banyak orang yang membawa nama agama ke ranah politik, mengatasnamakan diri sebagai agama pembawa kebenaran tapi kenyataannya hanya untuk mendapatkan dukungan masyarakat?

Seharusnya kita bersyukur jika ditengah-tengah realita hidup seperti ini, UIN boleh mengangkat topik ini untuk menyadarkan kita semua sebagai orang yang mengaku beragama.Dan kemudian mengajak kita semua juga, untuk lebih jeli lagi melihat orang-orang disekitar kita, yang begitu hebat dalam berorasi membawa-bawa nama agama, apakah benar apa yang mereka katakan atau ada motivasi lain dibalik semuanya itu. Jadilah masyarakat yang lebih jeli dan berhikmat dalam menyikapi suatu keadaan.

Kepada seluruh masyarakat Indonesia yang mengaku beragama, janganlah terlalu cepat terprovokasi dengan isu-isu yang hanya merugikan diri kita sendiri, dan pihak lain yang mendapatkan untungnya. Jika ada yang berkata, mari kita membela nama Tuhan, lihat dulu duduk persoalannya, telaah baik-baik, baru bergerak. Jangan-jangan ajakan itu adalah ajakan yang mengatas namakan agama.

Refleksi:
Sudah seharusnya hal ini membawa kita kepada satu refleksi atau perenungan diri, dan bertanya kepada diri sendiri, sejauh mana kita sudah menghidupi dengan benar apa yang kita yakini selama ini. Apakah benar apa yang saya lakukan untuk Tuhan yang saya sembah atau hanya karena paksaan dari orang lain? Hanya untuk mendapatkan bayaran? Hanya untuk mendapatkan pujian dari orang lain?


sumber: http://regional.kompasiana.com/2014/09/02/ketika-uin-menggugat-religiusitas-yang-salah-kaprah-dengan-tema-tuhan-membusuk-676860.html


SESUATU DISEBUT ABADI JIKA DIABADIKAN








Senin, 01 September 2014

Tuhan Bukan No. 1 dalam Hidupku


Refleksi hari ini kali ya....

Sering sekali setiap umat beragama mengatakan bahwa God is number one. Tuhan adalah nomor satu dalam hidup ini. Tapi hari ini temanku bilang Tuhan bukan nomor satu dalam hidup ini. Kok bisa bro? Bukankah kita memang harus menempatkan Tuhan di bagian no satu?

Logikanya begini....
Misalnya, ketika seseorang berkata kepada kekasihnya atau pacarnya, "beb, kamu adalah pacar no satuku di dunia ini yang paling mengerti aku", atau seorang sahabat yang berkata kepada sahabatnya "kamu adalah sahabat no satu terbaik di dunia ini". Apakah makna yang tersirat dibalik kalimat seperti itu? Kalau kita seseorang itu berkata "kamu adalah pacarku no satu di dunia ini", maka dalam kalimat tersebut tersirat ada nomor berikutnya bukan? Ada nomor dua, nomor tiga, alias ada pacar nomor dua, ada pacar nomor tiga. Kamu bisa aja bro analisanya, mentang-mentang udah lulus kuliah metode riset kamu belagu? hehehhe. Tapi hal ini cukup masuk akal juga sih. Hayo... sekarang berhati-hatilah dan waspadalah wahai engkau manusia jika pacarmu berkata "kamu adalah pacar nomor satunya di dunia", jangan-jangan ada pacar nomor dua nya di kampung, pacar nomor tiga di kampus, pacar nomor empat di komunitas yang ia ikuti.

Kembali ke God is number one...
Dengan memakai logika di atas, berarti ketika kita berkata bahwa Tuhan adalah nomor satu dalam hidup ini, berarti ada 'tuhan' yang berikutnya, 'tuhan nomor dua', 'tuhan nomor tiga' de el el. Padahal kita tahu bahwa Tuhan itu Esa/Satu, nothing else. Teman saya pernah berkata begini "Saya itu tidak terlalu memikirkan jodoh dalam hidup ini, itu nomor yang kesekian, yang penting nomor satu itu Tuhan, nomor dua uang alias pekerjaan, nomor tiga membahagiakan ortu, barulah yang lain-lainnya berada dinomor berikutnya." Dan saya rasa kita semua umat beragama yang mengaku adanya Tuhan pun pernah mengatakan hal yang sama. Tapi, kemudian saya mulai berpikir, kalau begitu kita itu mencoba menyamakan Tuhan dengan yang lainnya, dengan uang, dengan ortu, dengan kekasih, walaupun berada dalam level yang berbeda. Tapi bukankah itu semua sebenarnya berada di bawah naungan Tuhan? Masakan kita menyamakan Dia dengan apa yang Ia ciptakan?

God is number one...
Ini adalah kalimat yang sering kita ucapkan bahkan karena terlalu seringnya, ia sudah berada di bawah alam sadar kita sehingga ketika kita mengucapkannya, kita tidak lagi memaknainya, tapi asal bunyi saja alias asbun. Hal yang saya takuti juga dalam hidup saya adalah ketika saya mengucapkan kalimat ini, jangan-jangan saya juga sudah terjebak dengan pola rutinitas agama, sehingga saya pun tidak menyadari dan memaknainya ketika saya mengucapkannya.

Mungkin perlu merenungkan kembali apa yang kita imani selama ini, apakah benar ada Tuhan dalam hidup ini atau tidak. Sehingga pada akhirnya kita berkata "TUHAN ADALAH SATU-SATUNYA DALAM HIDUP INI", bukan lagi Tuhan adalah nomor satu. Ya, sepertinya ini  kalimat yang paling tepat yang seharusnya kita gunakan mulai saat ini. Jika kita berkata "Tuhan adalah satu-satunya", maka memang tidak ada yang lain lagi. Tapi bukan berarti Tuhan akan ada satu-satunya karena kita mengakui-Nya, tidak, tapi ya Tuhan tetap ada. Terus yang lain-lain itu termasuk apa bro? Itu adalah bonus bro... :)



Thanks to Mr.A.B and Prof. Y.A.


"SESUATU AKAN DISEBUT ABADI JIKA DIABADIKAN"