Tulisan ini adalah sebuah seruan, curahan, dan kesenangan tersendiri. Kalau jadi berkat puji Tuhan, kalau tidak jadi berkat ya woles aja... Sesuatu disebut abadi, jika diabadikan
Kamis, 25 Februari 2016
thanks a lot...
Ini adalah data statistik blog ini dan trimakasih banyak buat para sahabat yang sudah berkenan singgah di blog ini. Thank you banyak2. Ketika hari ini mengotak-ngatik data statistik blog ini sejak dibuat, ternyata para sahabat yang singgah, berasal dari negara yang berbeda (mungkin orang Indonesia yang tinggal di luar negri), tapi bukan itu pointnya, tapi pointnya adalah kebahagian seorang bloger adalah ketika blognya dikunjungi dan mungkin menjadi berkat bagi orang yang mengunjunginya. Data statistik ini menjadi penyemangat untuk terus menulis. Hidup bloger!!!! hehehehhe
Selasa, 23 Februari 2016
After Christmas (Setelah Natal)
Natal adalah salah satu hari raya besar agama Kristen. Desember menajdi bulan istimewa untuk mengingat kasih Allah yang begitu besar pada dunia ini, sehingga ia mengaruniakan Kristus untuk menyelamatkan dunia. Sebagai suatu perayaan tentunya sudah wajar jika orang Kristen merayakannya dengan begitu antusias, penuh dengan pernak-pernik natal, berbagai acara untuk memeriahkan natal tersebut.
Namun yang menjadi pertanyaannya APA YANG TERJADI SETELAH SEMUANYA ITU? Saya memberikan istilah untuk hal ini yakni #after_christmas. Bukankah setelah itu dekor-dekor natal akan dicopot dan kemudian masuk gudang penyimpanan? Bukankah tema-tema sukacita natal akan bertahan hingga bulan Januari saja?
Ketika saya merenungkan hal ini, saya teringat dengan apa yang ditulis di dalam Alkitab yakni mengenai kisah kelahiran Yesus. Kisah kelahiran Yesus diwarnai dengan tempat-tempat dan orang 'istimewa' yang terlibat dalam sukacita kelahiran Juruselamat tersebut. Banyak pihak yang terlibat dalam kelahiran Juruselamat (natal pertama), entah itu tempat maupun orang-orang yang dipakai Tuhan.
Orang yang terlibat dalam kisah kelahiran Yesus hingga masa menjelang pelayananNya
1. Maria:
Data kisah tentang Maria lebih banyak diceritakan pada berita kelahiran dan masa
kanak-kanak Tuhan Yesus. Dalam budaya masyarakat saat itu (dan saat ini juga), jika
seorang perempuan yang belum menikah namun memiliki anak, maka merupakan aib
bagi masyarakat, dan itulah yang dialami oleh Maria. Tapi ia mau melakukannya karena Allah telah memilih dia sebagai ibu dari bayi Yesus.
2. Yusuf: Yusuf adalah
seorang tukang kayu biasa, bukan imam, bukan orang penting. Sehingga karena
profesi Yusuf inilah yang membuat orang-orang sulit percaya kepada Tuhan Yesus, tetapi
Tuhan tetap memakai Yusuf sebagai pendamping Maria.
3. Orang Majus: Orang Majus adalah tokoh yang tidak pernah
ketinggalan dalam kisah kelahiran Yesus. Meskipun mereka bukan keturuan Israel,
tapi karena kepintaran mereka, mereka mengetahui bahwa raja yang pernah
dinubuatkan telah lahir, dan mereka datang untuk menyembah Dia.
4. Gembala: Gembala
adalah orang yang berada di strata social rendah, namun mereka menjadi orang yang pertama sekali
mendengar berita tentang kelahiran Yesus.
5. Imam dan Ahli Taurat: Ketika Herodes mendengar apa yang disampaikan
oleh para Majus maka ia ketakutan, sehingga mengumpulkan para Imam dan Ahli
Taurat Yahudi untuk mencari tahu dimana Mesias itu akan dilahirkan. Sesuai kitab nabi bayi itu akan lahir di Betlehem. Tapi yang
menarik dari mereka adalah meskipun mereka sudah mendengar ‘isu-isu’ tentang
kelahiran Mesias, namun mereka tidak mau mencarinya. Sikap yang bertolak
belakang dengan orang Majus.
6. Herodes: Raja yang merasa tersaingi karena berita tentang
kelahiran Yesus sehingga berecana untuk membunuh bayi Yesus.
7. Betlehem: Dari catatan Mikha 5, kita mendapat data bahwa
kota ini adalah kota terkecil diantara kaum Yehuda. Meskipun kota ini adalah
kota kecil namun sering disebutkan dalam PL, misalnya kuburan Rahel ada didekat
kota itu, Rut tinggal di Betlehem (Rut 1:9, 4:11), Daud lahir di Betlehem (I
Sam. 17:12). Di dalam Mikha 5:2,
keberuntungan mendatangi wilayah ini, dimana akan menjadi tempat kelahiran
Yesus. Tuhan tetap memakai kota yang kecil ini sebagai tempat kelahiran Yesus.
8. Nazaret (Galilea): Kota nazaret mulai disebutkan hanya dalam
PB, dan tidak muncul dalam PL. Nazaret adalah salah satu kota diwilayah
Galilea. Daerah Galilea sendiri memiliki banyak kisah bukan hanya di PB namun
juga di PL. Galilea merupakan salah satu daerah yang diduduki oleh Yosua dan
bangsa Israel (Yos. 12:23). Kemudian Galilea (Kadesh) juga terpilih sebagai
kota perlindungan bagi seorang penjahat sebelum ia di hakimi (Yos. 20:7).
Galilea juga menjadi milik suku Naftali. (Yos. 21:32). I Raj.9:11-13, Galilea
diberikan kepada Raja Hiram sebagai balasan terimakasih dari Salomo, namun
ternyata itu bukan kota yang berkenan di hati raja Hiram. Dan dalam sejarah
Tuhan Yesus salah satu kota di Galilea yaitu Nazaret terpilih menjadi tempat
tinggal keluarga Yusuf dan Maria bersama Yesus. Kota yang sudah diberikan kepada raja lain, dipilih sebagai tempat dimana Yesus dibesarkan.
Namun apa yang terjadi dengan orang-orang dan daerah yang
‘terlibat’ dalam kelahiran Yesus?
- Maria (Markus 3:21). Gambaran ringkas PB mengenai Maria dan hubungannya dengan Yesus menimbulkan banyak kekosongan dalam riwayat hidupnya (J. de Satge Mary and the Christian Gospel). Maria dan keluarganya pernah mengira bahwa Yesus sudah gila.
- Betlehem tidak diceritakan kelanjutannya
- Nazaret menolak Yesus
- Gembala dan orang Majus tidak diceritakan apakah mereka memberitakan kelahiran juruselamat atau tidak (kurang data)
- Imam dan Ahli Taurat dan Herodes memang dari awal kelahiran Yesus mereka tidak meresponnya dengan baik.
Dan
sayapun bertanya-tanya “Apakah Tuhan sudah tidak mau memakai mereka lagi?” atau sebenarnya
“Mereka yang tidak mau dipakai Tuhan?” Atau mereka yang gagal meresponi kesempatan yang diberikan oleh Tuhan?
Dalam masa kelahirna Tuhan Yesus, sebagian besar dari mereka begitu antusias meresponi dan merayakan kelahiran bayi Yesus. Namun setelah itu seolah mereka hilang ditelan bumi. Hal yang sama dialami oleh sebagian orang Kristen. Ketika natal tiba, antusias yang begitu besar sekali untuk menyambut natal tersebut. tema-tema khotbah berkisah tentang sukacita natal. Dekor ruangan gereja bahkan mall-mall tidak ketinggalan dalam memeriahkan natal tersebut. Tapi setelah moment natal selesai, satu persatu semangat sukacita itu tidak terdengar lagi, nuansa natal hilang, dekor-dekor natal kembali ke gudan, dan "see u next year wahai natalku yang malang". Dan itulah yang sedang terjadi beberapa bulan setelah memasuki tahun baru 2016.
ahhhh....sudahlah...begitu sulit menyimpulkan semuanya ini
So... apa yang terjadi denganmu #after_christmas ???
Rabu, 05 Agustus 2015
Why Marriage?
Kapan nikah??? Pertanyaan yang sangat mematikan untuk kaum jomblo. Mungkin kaum jomblo yang tiba-tiba diperhadapkan dengan pertanyaan tersebut akan pura-pura mati ditempat, atau kejang-kejang, atau juga langsung pergi. Untuk jomblo harus tegar meskipun ditanyakan pertanyaan seperti itu, karena matahari aja sendiri tapi dia tetap bersinar, masa lu nggak :)
Pertanyaannya,,, apa sih alasan manusia untuk menikah? Nah,,, banyak jawabannya dan biasanya kita nggak sadar. Nah, di bawah ini saya berbagi sedikit info tentang apa aja sih alasan orang menikah (didapat dari kuliah).
Why Marriage?
a. Social pressure
- Peer group sudah menikah
- Gereja dan sekolah tidak lagi
menjadi tempat yang nyaman dan aman.
- Perempuan
saat semakin bertambah usianya, maka mulai terjadi kegelisahan dan tidak nyaman. Maka mulai ada ekinginan diri untuk mengikat dan tidak melepaskan.
Benar nggak teman? adakan orang yang menikah dengan alasan seperti di atas? Ada? Banyak.
b. Orangtua
- Mulai memperkenalkan.
- Status. Bagi orang tua, ini sangat penting. Biasa
ortu gelisah ketika anaknya belum menikah.
Ini nih yang banyak... klo orang tua semakin tua dan ngeliat anaknya belum menikah dan juga belum punya pacar tapi sudah semakin berumur maka ortu mulai khawatir dan melakukan segala cara untuk menjodohkan anaknya. Dan terkadang anak-anak yang terlalu sibuk berkarir akan menyetujui hal ini.
c. Kebutuhan seksual
- Masturbasi.
- Pernah melakukan - hamil
Kebutuhan seksual ini
menggangu, karena misalnya pernah mengalaminya alias mensalurkannya, maka
kebutuhan itu semakin lama semakin tinggi. Tapi ingat Tuhan hanya menghendaki
dalam konteks pernikahan. Orang tidak mengerti patokan. Jika terus menerus
keingan itu ada, maka mencari jalan lain untukmensalurkannya, misalnya
masturbasi.
d. Lonely – low self esteem
Orang-orang ini sulit
sekali membina hubugnan dengan orang lain.
e. Positif
-
Kematangan social
i.
Ada kebutuhan untuk
membangun kehidupan
ii.
Kebutuhan akan orang lain yang
menstimulir
iii.
Kebutuhan
akan pasangan yang mencintai dan dicintai.
Jadi... kamu ada di posisi mana :)
Selasa, 04 Agustus 2015
Ulang Tahun ke-101 Sistem Lampu Lalu Lintas Listrik Pertama
Jika hari ini kamu browsing melalui google maka kamu akan menemukan doodle khusus, karena hari ini google ikut merayakan ulang tahun ke-101 sistem lampu lalu lintas listrik pertama. Google Doodlenya seperti di bawah ini:
Kapan lampu lalu lintas pertama kali ditemukan? Itulah keyword yang banyak dicari hari ini. Jadi silakah searching sendiri dengan keyword tersebut maka kamu akan menemukan banyak sekali artikel yang menarik membahasnya. Dan saya tidak berkeinginan untuk membah jumlah artikel tersebut.
Namun... biarlah melalui peringatan ke-101 lampu lalu lintas listrik hari ini bisa mengembalikan fungsi dari lampu lalu lintas tersebut ke esensi yang sesungguhnya. Yang bisa mengmbalikannya kefungsi yang sebenarnya adalah kita/ MANUSIA. Mungkin itu pengguna kendaraan maupun pejalan kaki. Kita bertanggung jawab untuk memperbaiki sistem yang mulai kacau ini. Memang keliatan sepele, tapi ingatlah bagaimana usaha para penemu lalu lintas ini dalam mewujudkan ketertiban dalam berlalu lintas.
Ingat:
*Merah artinya berhenti
*Kuning artinya kurangi kecepatan
*Hijau artinya jalan
Godaan itu simple, yakni ketika lampu lalu lintas menunjukkan warna merah dan tidak ada polisi disana dan sepi. Simple: jalan terus atau berhenti.
Selamat Ulang Tahun ke-101 buat LAMPU LALU LINTAS LISTRIK
Senin, 03 Agustus 2015
Kumpulan Widget untuk Blog
1. Instagram
Copy paste link di bawah ini ke javascript blogmu dan jangan lupa tulis nama ID instagrammu di font warna birunya ("nama id instagrammu" ganti dengan id IG mu). Selamat mencoba.
<style>.ig-b- { display: inline-block; }
.ig-b- img { visibility: hidden; }
.ig-b-:hover { background-position: 0 -60px; } .ig-b-:active { background-position: 0 -120px; }
.ig-b-v-24 { width: 137px; height: 24px; background: url(//badges.instagram.com/static/images/ig-badge-view-sprite-24.png) no-repeat 0 0; }
@media only screen and (-webkit-min-device-pixel-ratio: 2), only screen and (min--moz-device-pixel-ratio: 2), only screen and (-o-min-device-pixel-ratio: 2 / 1), only screen and (min-device-pixel-ratio: 2), only screen and (min-resolution: 192dpi), only screen and (min-resolution: 2dppx) {
.ig-b-v-24 { background-image: url(//badges.instagram.com/static/images/ig-badge-view-sprite-24@2x.png); background-size: 160px 178px; } }</style>
<a href="http://instagram.com/nama id instagrammu?ref=badge" class="ig-b- ig-b-v-24"><img src="//badges.instagram.com/static/images/ig-badge-view-24.png" alt="Instagram" /></a>
Copy paste link di bawah ini ke javascript blogmu dan jangan lupa tulis nama ID instagrammu di font warna birunya ("nama id instagrammu" ganti dengan id IG mu). Selamat mencoba.
<style>.ig-b- { display: inline-block; }
.ig-b- img { visibility: hidden; }
.ig-b-:hover { background-position: 0 -60px; } .ig-b-:active { background-position: 0 -120px; }
.ig-b-v-24 { width: 137px; height: 24px; background: url(//badges.instagram.com/static/images/ig-badge-view-sprite-24.png) no-repeat 0 0; }
@media only screen and (-webkit-min-device-pixel-ratio: 2), only screen and (min--moz-device-pixel-ratio: 2), only screen and (-o-min-device-pixel-ratio: 2 / 1), only screen and (min-device-pixel-ratio: 2), only screen and (min-resolution: 192dpi), only screen and (min-resolution: 2dppx) {
.ig-b-v-24 { background-image: url(//badges.instagram.com/static/images/ig-badge-view-sprite-24@2x.png); background-size: 160px 178px; } }</style>
<a href="http://instagram.com/nama id instagrammu?ref=badge" class="ig-b- ig-b-v-24"><img src="//badges.instagram.com/static/images/ig-badge-view-24.png" alt="Instagram" /></a>
Communication In Marriage (Komunikasi di dalam Pernikahan)
Di dalam kehidupan sehari-hari
setiap manusia saling berkomunikasi satu dengan yang lain dengan menggunakan
bahasa yang dapat dimengerti oleh setiap pihak. Di dalam pernikahan komunikasi
juga merupakan hal terpenting dan menentukan pertumbuhan kehidupan pernikahan. Les
Parrott III dan Leslie Parrott mengatakan dalam buku berjudul “Saving Your
Marriage before it start”, bahwa Komunikasi adalah nyawa suatu pernikahan.[1]
Dalam buku The Mirages of Marriage dikatakan
bahwa komunikasi yang salah adalah salah satu penyebab terbesar pernikahan
tidak bekerja dengan baik.[2] Misalnya, seorang istri
yang sudah kelelahan dengan pekerjaan rumah tangga sepanjang hari, maka ia
membawa keletihan tersebut ketika ia dan suaminya tidur. Kemudian ketika suaminya
tersebut feeling amorous dengan
istrinya, maka karena dalam keletihan, istrinya tersebut membelakangi dia, dan
berkata bahwa ia sangat letih hari ini, jadi lebih baik mereka tidur saja.
Suami yang menerima perlakuan seperti ini akan merasa adanya penolakan, dia
tidak tahu bahwa sebenarnya istrinya sedang letih sepanjang hari ini sehingga
butuh istirahat.[3]
Contoh di atas menunjukkan bahwa betapa pentingnya
komunikasi dalam pernikahan dan juga betapa pentingnya kepekaan terhadap
komunikasi yang diterima. Hal ini sangat berpengurh terhadap
jalannya sebuah rumah tangga. Hal senada juga di dikatakan oleh Ann Landers
seorang penulis popupeler yang dikutip oleh sebuah buku, dia mengatakan “Hal
yang penting di dalam suatu pernikahan adalah kemampuan untuk berkomunikasi.
Kebanyakan persoalan dalam pernikahan berasal dari ketidakmampuan dua orang
untuk berbicara satu terhadap yang lain.[4] Jadi berhasil atau gagalnya
komunikasi dalam pernikahan, sangat mempengaruhi keutuhan pernikahan tersebut. Yakub
Susabda dalam buku panduan untuk membimbing pasangan-pasangan yang akan menikah
yang berjudul “Konseling Pranikah”, mengatakan bahwa sebagai peta dan gambar
Allah, manusia adalah makhluk social yang sejak lahir membina komunikasi dengan
sesamanya untuk menemukan makna dan tujuan hidupnya. Melalui komunikasi,
manusia mengembangkan kepribadian, mengenal arti dari mempercayai,
mengembangkan tanggung jawab, dan menikmati kedekatan dengan sesamanya.[5] Hal
ini menunjukan betapa pentingnya komunikasi tersebut.
Komunikasi
yang baik inilah yang membawa kehidupan rumah tangga semakin menjadi lebih
baik. Jack Balswick mengatakan bahwa when
family members communicate and express themselves in their own unique ways,
family relationship grow and deepen.[6] Akan tetapi betapa buruknya kehidupan
berkeluarga jika di dalamnya, sesama anggotoa keluarga tidak ada komunikasi,
tidak bisa menunjukkan perasaannya, dan pada akhirnya keluarga tersebut tidak
bisa bertumbuh. Salah satu alasan yang dikemukakan oleh Wright tentang alasan
seseorang tidak mau berkomunikasi yaitu Others
are fearful of exposing what they feel or think. They do not want to run the
risk of being rejected of hurt if someone else disagrees with them.[7]
Takut mendapat penolakan dari pihak lain yang sering membuat sesorang begitu
sulit untuk berkomunikasi, terlebih apabila hal tersebut sudah menyangkut
masalah-masalah yang bersifat pribadi. Perasaan semacam ini juga yang terkadang
dipendam oleh pasangan-pasangan tertentu dengan pasangannya, sehingga tidak
tercipta komunikasi yang baik.
How to communication?
Realita
yang terjadi sekarang ini adalah banyaknya pasangan yang memilih diam ketika
mereka sedang memiliki masalah. Di saat salah satu pasangan melakukan kesalahan
terkadang mereka tidak mau mengkomunikasikannya dan lebih memilih untuk
mendiamkannya dan menyimpannya dalam hati. Menurut Lahaye, berdiam diri sangat
berbahaya karena secara berangsur-angsur sikap diam memadamkan komunikasi dan
mengakibatkan korban berat, baik secara jasmani maupun secara rohani atas
seseorang.[8] Tidak
sedikit pasangan yang memilih cara ini untuk menghindari percekcokon dalam
pernikahan dan mereka berpikir itu akan menyelesaikan masalah, padahal hal
tersebut tidak menyelesaikan masalah.
Kalau
begitu bagaimana sebenarnya berkomunikasi? Penulis setuju dengan apa yang
dikatakan oleh Lederer dan Jackson bahwa people
in our culture believe that the most important communications are spoken or
written.[9] Kita
berada dalam satu kultur yang percaya bahwa komunikasi itu harus melalui
kata-kata/berbicara atau ditulis (melalui tulisan). Dan dengan tegas Lederer
mengatakan bahwa ini adalah satu pemahaman yang salah tentang komunikasi.[10]
Menurut penulis komunikasi semacam ini dapat termasuk dalam kategori pseudo communication, karena dengan dua
jenis komunikasi ini saja, tidak menjadi jaminan bahwa komunikator telah
menyampaikan dengan jelas apa yang ia rasakan, namun bisa saja itu adalah
sebuah manipulasi. Misalnya seorang istri yang seharian bersama dengan
selingkuhnya. Kemudian ia berkata kepada suaminya bahwa seharian ini ia bersama
dengan teman-temannya. Atau misalnya seorang suami yang pergi ke luar kota
bersama dengan selingkuhannya. Kepada istrinya ia mengatakan bahwa ia ada tugas
mendadak dari kantor untuk keluar kota. Jika hanya mengandalkan spoken atau writte maka amanlah pasangan yang selingkuh, tapi masalah tidak
terselesaikan. Misalnya lagi, seorang istri yang sedang menghadapi masalah
ditempat pekerjaan sehingga membuat ia begitu sedih. Kemudian ketika ditanya
“Are you ok?”, maka ia menjawab bahwa ia baik-baik saja, dan pasangan yang
mendapat jawaban seperti itu akan berpikir bahwa itu adalah jawaban literal
dari pasangannya. Dan inilah kesalahan yang sering dilakukan dalam komunikasi. Jadi
bagi penulis sendiri, kedua cara ini tidak cukup untuk disebut sebagai cara
komunikasi yang efektif.
Salah
satu cara komunikasi yang sering terlewatkan untuk diperhatikan adalah nonverbal behavior. Sikap atau tindakan
seseorang dapat menjadi cara berkomunikasi. Misalnya saja ketika seseorang
menatap lawan bicara dengan tatapan tajam maka dapat dipastikan dia lagi marah,
demikian juga dia menatap dengan lembut maka situasinya lagi baik. Demikian
juga halnya dalam komunikasi di dalam keluarga. Balswick mengatakan bahwa jika
seseorang tidak bisa mengkomunikasikan keinginannya atau perasaannya melalui
kata-kata maupun tulisan maka ia dapat menggunakan cara yang lain, misalnya
menyatakan rasa sayang melalui pelukan, tepukan, isyarat dengan kedipan mata,
atau dengan gaya tubuh lainnya. Sehingga dengan contoh seperti ini ia menyimpulkan
bahwa we do communicate through our
facial expression, posture, and general body movements.[11]
Ketika perasaan atau keinginan tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata maka
kita dapat menyatakannya melalui tindakan atau gesture. Inilah bagian yang sering terlewatkan di dalam
berkomunikasih, khususnya dalam pernikahan.
Bagaimana memahami pesan dalam komunikasi?
Berdasarkan
uraian di atas terlihat jelas betapa pentingnya komunikasi dalam kehidupan
pernikahan dan juga betapa sulitnya untuk berkomunikasi. Pernikahan akan
bertumbuh jika didukung oleh komunikasi yang baik, namun betapa sulitnya untuk
berkomunikasi karena komunikasi tidak hanya masalah apa yang kita katakan, tapi
juga tentang apa yang dimaksud oleh pasangan. Kegagalan memahami pesan yang disampaikan
dalam komunikasi yang terjadi dapat menjadi pemicu kegagalan pernikahan.
Kejadian
11:1-9 tentang menara Babel dapat menjadi salah satu contoh betapa pentingnya
memahami pesan dalam berkomunikasi. Ayat 1-6 mencatat betapa kuatnya persatuan
mereka karena mereka saat itu satu bahasa dan satu logat. Tapi di ayat 7-11
mencatat betapa hancurnya mereka. Setelah Tuhan melihat pekerjaan mereka maka
Tuhan kemudian turun dan mengacaubalaukan bahasa mereka, sehingga mereka tidak
mengerti lagi bahasa masing-masing (7). Akibatnya mereka semua terpencar
kemana-mana dan tidak ada lagi persatuan di antara mereka. Kegagalan untuk
memahami pesan yang disampaikan karena perbedaan bahasa, berhasil menggagalkan
kesombongan bangsa Israel untuk membangun menara Babel. Dapat juga dibayangkan
hal serupa akan terjadi dalam kehidupan berkeluarga ketika komunikasi itu
gagal.
Lederer dan Jackson dalam bukunya
memberikan 3 aspek yang perlu diperhatikan ketika terjadi komunikasi:[12]
1. The report aspect, adalah terdiri dari apa yang dikatakan atau dituliskan, jadi apa yang
dikatakan atau yang dituliskan itulah pesan yang ingin disampaikan.
2. The command aspect adalah komunikasi
dengan bahasa tubuh, contoh "go to the hell" (dengan mimik serius vs
mimik lucu). Jika ia mengatakan kalimat seperti itu dengan wajah serius, penuh
dengan emosi, mata menyala, maka ia memang sedang marah. Tapi jika ia
mengatakan kalimat tersebut dengan ekspresi lucu, maka sebenarnya ia sedang
bercanda.
3. The context aspect adalah makna pesan yang disampaikan harus diartikan berdasarkan konteks,
budaya, lingkungan, atau keadaan saat itu. Contoh: "I'll save you".
Jika seorang penjaga kolam renang yang berkata demikian maka artinya adalah dia
akan menolong lawan bicaranya atau menganggakatnya dari kolam renang. Tetapi jika
yang mengatakannya adalah seorang misionaris maka pendengar mengasumsikannya
bahwa yang dia maksud adalah untuk menolong dia menjadi orang kristen yang baik.
Ada anonim yang mengatakan bahwa
Tuhan menciptakan 2 telinga dan satu mulut supaya kita lebih banyak mendengar
dari pada berkata-kata. Yakobus 1:19 berkata bahwa lebih baik cepat mendengar daripada
cepat berkata-kata dan marah. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya
mendengar dalam berkomunikasi, namun tentu saja mendengar yang dibutuhkan bukan
hanya sekedar mendengar biasa saja, tapi juga dapat memahami apa yang didengar/
listening.
Sumber Pustaka
Balswick,
Jack, The Famliy. ed.3. Pasadena:
Fuller Theological Seminary, 2007.
Lahaye,
Tim, Kebahagiaan Pernikahan Kristen. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1989.
Lederer,
William J., & Don D. Jackson, The
Mirages of Marriage. New York: W.W. Norton & Company, 1968.
Parrott
III, Les, dan Leslie Parrott, ed. Andreas A.P. Sitanggang. Saving
Your Marriage before it start. Jakarta: Imanuel, 2007.
Susabda,
Yakub B., Konseling Pranikah. Jakarta:
Pioner Jaya.
Wright,
H. Norman, Communication Key to Marriage.
California: Regal Books Division, 1980
[1] Les
Parrott III dan Leslie Parrott, ed. Andreas A.P. Sitanggang Saving
Your Marriage before it start (Jakarta: Imanuel, 2007), 77.
[2]
William J. Lederer & Don D. Jackson, The
Mirages of Marriage (New York: W.W. Norton & Company, 1968), 101.
[3] Lederer,
101.
[4] Tim
Lahaye, Kebahagiaan Pernikahan Kristen
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989), 120.
[5] Yakub B.
Susabda Konseling Pranikah (Jakarta:
Pioner Jaya), 57.
[6]
Jack Balswick, The Famliy ed.3
(Pasadena: Fuller Theological Seminary, 2007), 237.
[7] H.
Norman Wright Communication Key to
Marriage (California: Regal Books Division, 1980), 66.
[8] Lahaye,
124.
[9]
Lederer, 98.
[10] Lederer,
98.
[11]
Balswick, 242.
[12] Lederer
dan Jackson, 99-100.
Rabu, 29 Juli 2015
Kumpulan Kutipan
1. orang Kristen mula-mula secara teratur menggunakan kitab
Mazmur dalan penyembahan mereka, karena mazmur memberikan kesaksian tentang
Yesus Kristus.[1]
Langganan:
Postingan (Atom)