Total Tayangan Halaman

Rabu, 27 Maret 2013

MENGAPA KRISTUS HARUS MENJALANI SENGSARA, MATI, DAN BAHKAN TURUN KE DALAM KERAJAAN MAUT?



I. Mengapa Kristus harus menjalani sengsara, mati, dan bahkan turun ke dalam kerajaan maut?”

Filipi 2:6-8 mencatat penderitaan yang dialami oleh Kristus. Yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Jadi perendahan Kristus yaitu sengsara, mati,dan bahkan turun ke dalam kerajaan maut. Di dalam kerendahan-Nya, Ia menanggung segala murka Allah yang seharusnya ditimpakan kepada manusia. Di dalam kerendahan-Nya Ia dapat menyelamatkan manusia dari hukuman dosa.

Penderitaan yang dialami oleh Kristus bukan hanya sekedar penderitaan jasmani namun keseluruhan hidup-Nya menderita. Dalam perjalan kehidupan-Ny di dunia ini, mulai dari kelahira-Nya hingga pada kematian-Nya ia mengalami penderitaan. Lahir di sebuah kandang, ancaman pembunuhan sejak bayi, ditolak, miskin, lapar, pencobaan, dikhianati, ditinggalkan, dihina, difitnah, disesah, dan mati (menanggung murka Allah). Kristus rela melakukan semuanya ini supaya misi Allah untuk menyelamatkan manusia terwujud.

Kerendahan Kristus yang berinkarnasi bukanlah suatu kebetulan. Mengapa Dia tidak datang ke dunia sebagai seorang penguasa? Atau seorang prajurit? Atau seorang imam (rohaniawan)? Atau seorang guru bijaksana? Mengapa Dia bukan seorang yang dapat diagungkan dan dikagumi atau dihormati? Kehidupan-Nya menunjukkan kehidupan seorang yang penuh kerendahan yang tidak dapat dipahami oleh sebagian besar di antara kita. “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” (Luk. 9:58).[1] Di dalam kerendahan-Nya inilah sebenarnya kita dapat melihat kasih Allah yang begitu besar kepada manusia, tapi terkadang “balok didepan mata” manusia menghalangi untuk melihat hal tersebut.

Penderitaan yang dialami oleh Kristus bukan karena dosa yang Ia lakukan. Ada beberapa bagian dalam alkitab yang menyatakan bahwa Kristus tidak bersalah (tidak berdosa):
-          Pernyataan dari Yudas si pengkhianat (Mat. 27: 4)
-          Istri Pilatus yang meminta supaya Pilatus tidak ikut campur atas perkara Yesus karena Ia adalah orang benar (Mat.27:19)
-          Pilatus tidak menemukan kesalahan yang dilakukan oleh Yesus (Luk. 23:24)
-          Herodes tidak melakukan kesalahan yang setimpal dengan hukuman mati (Luks23:15).
-          Kepala pasukan di Golgota megakui bahwa Yesus adalah orang benar (Luk. 23:47).

Orang-orang yang mengakui ini adalah bukan orang-orang yang percaya kepada Yesus tetapi musuh Yesus. Namun mereka tetap mengakui bahwa Yesus tidak bersalah. Ini semakin menunjukkan bahwa Yesus memang benar-benar tidak bersalah. Jika seorang musuh mengakui bahwa lawannya tidak bersalah, bukankah itu sesuatu yang luar biasa? Kristus menderita semata-mata hanya oleh belas kasihan yang Ia miliki untuk manusia.

Puncak kesengsaraan Kristus adalah kematian-Nya di atas kayu salib dimana Bapa meninggalkan-Nya. Kematian Kristus tidak berarti bahwa Kristus telah kalah, akan tetapi kematian Kristus merupakan tanda kemenangan yang diberikan kepada manusia. Hukuman dosa ialah maut, untuk itulah Kristus mati supaya bisa menebus manusia dari hukuman dosa tersebut. Utang terhadap dosa telah dilunasi oleh Kristus.

Kematian Yesus di atas kayu salib menunjukkan bahwa Kristus telah menanggung kutuk atas kita. Dalam tradisi Romawi penyaliban merupakan suatu penghinaan dan Tuhan juga mengatakan bahwa terkutuklah orang yang mati disalib. Ulangan 21:23 mengatakan “maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau menguburkan dia pada hari itu juga, sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu." Hal ini menunjukkan bahwa Kristus telah menanggung di atas kayu salib kuasa kutuk yang seharusnya diderita oleh manusia. Di atas salib inilah Kristus menanggung kutuk terhadap manusia.

Penguburan Yesus menegaskan bahwa Ia benar-benar mati. Ia menyerahkan diri kepada kuasa maut untuk melepaskan umat-Nya dari kuasa maut tersebut. Turun dalam kerajaan maut merupakan sebuah keadaan yang menjadi puncak dari penderitaan Kristus, Ia harus mati di atas kayu salib dan Ia terpisah dengan Bapa. Ini adalah maut yang dihadapi oleh Kristus.

Kristus melakukan dan rela menjalani kesengsaraan ini hanya semata-mata oleh belas kasihan yang Ia miliki kepada dunia. Yohanes 3:16 berkata: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Tuhan memang mengasih dunia ciptaan-Nya ini, namun kehidupan kekal itu hanya Ia berikan bagi orang-orang pilhan Allah, yaitu orang-orang yang mau percaya kepada-Nya. Yesus berkata “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh. 14:6). Di luar Kristus tidak ada seorang nabipun yang berani mengatakan hal ini. Hanya Kristus yang bisa.

II. Makna Kristus harus menjalani sengsara, mati, dan bahkan turun ke dalam kerajaan maut.

Penderitaan yang dialami oleh Yesus bukan karena dosa yang Ia perbuat namun penderitaan Kristus memiliki arti bagi umat-Nya. Penderitaan Yesus yang puncaknya di atas kayu salib menjadi bukti pengorbanannya, sebagai pendamai manusia dengan Allah. Paulus mengatakan dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!" (Gal. 3:13). Penderitaan-Nya membuat kita terbebas dari murka Allah. Kita mengalami kesalamatan hanya oleh karena Kristus yang mau rela berkorban untuk menjalani penderitaan tersebut. Paulus mengatakan dalam suratnya kepada jemaat di Roma, “Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah” (Rom 5:9).

Sengsara yang Kristus alami seharusnya membuat kita memiliki rasa ucapan syukur yang besar. Betapa tidak kita bersyukur, karena Kristus yang tidak berdosa mau mati untuk kita yang berdosa ini. Ia mewakili kita di hadapan Allah. Penyaliban Kristus menunjukkan bahwa kita telah tersalib bersama-Nya. Kehidupan baru Ia berikan kepada kita melalui kematian-Nya. Ia telah turun dan menaklukan kerajaan maut, sehingga kerajaan maut tidak lagi berkuasa atas kita.

Kenapa kita harus mati lagi? Kristus mati bukan supaya kita tidak mati, namun Kristus mati terhadap kuasa dosa yang membelenggu kita dan kematian-Nya membukakan pintu kehidupan kekal kepada kita.

Penderitaan yang dialami Kristus juga seharusnya menjadi penghiburan dan kekuatan bagi anak-anak Tuhan ketika berada dalam masalah, penderitaan, pergumulan hidup yag berat, karena Kristus juga telah melawati penderitaan yang kita alami, bahkan lebih dari yang kita alami saat ini.

Kita sebagai anak-anak Tuhan yang telah percaya dan menerima kasih karunia Allah, seharusnya menjadi saksi bagi dunia ini. Memberitakan keselamatan yang kita telah terima kepada orang-orang disekitar kita. Tugas Amanat Agung Tuhan Yesus menjadi tanggung jawab kita bersama untuk mengerjakannya.

Kiranya dapa memberi pemahaman dan sekaligus perenungan bagi kita semua, khususnya menjelang jum'at agung dan paskah yang akan kita peringati.
Kasih Allahku sungguh tlah terbukti. Ketika Dia serahkan Anak-Nya. Kasih Allah mau berkorban untuk kau dan aku. Tak ada kasih seperti kasih-Nya.



selesai



[1] Leon Morris Salib Yesus (Malang: SAAT, 1991), 95.